Kamis, 22 Desember 2011

Perlukah Privasi Jika Suami Istri, Dua Jasad Satu Jiwa

Entah dimana atau buku apa yang pernah saya baca tentang psikologi pernikahan. Yang jelas, buku itu saya baca sebelum saya menikah. Sudah cukup lama, sih, tapi yang tidak saya lupakan adalah konsep relasi suami dan istri.

Disitu dikatakan bahwa, suami istri itu soulmate (belahan jiwa), yang harus satu rasa, satu pikiran untuk satu asa. Betul, bahwa suami istri itu dua orang berbeda, berbeda pada banyak hal. Bukan hanya fisik atau biologis semata, tapi rasa, pikiran bahkan mental/psikis pun sangat-sangat berbeda. Namun ketika ijab kabul itu selesai terucap, maka bersatulah segala yang berbeda itu. Tali pernikahan diantara mereka bukan hanya untuk menyatukan yang berbeda itu, tetapi juga untuk satu asa pernikahan itu sendiri yakni sakinah (ketenangan).

Dalam penyatuan melalui pernikahan itu, suami dan istri harus satu visi. Saat masih single, mungkin saja konsep hidup mereka berbeda. Tapi setelah menikah, konsep hidup mereka harus satu. Untuk meraih satu asa itu, suami dan istri harus satu rasa dan satu pikiran. Sebab, jika berbeda, maka bukan saja keputusan yang diambil menjadi tidak berkah…. (apalagi salah satu pasangan tidak ridha), tetapi juga pilihan keputusan itu bisa menjadi percikan api yang jika dibiarkan berlarut-larut akan menjadi kobaran api.

Itulah mengapa setiap keputusan yang diambil rumah tangga suami istri itu, harus disepakati kedua belah pihak. Logika soulmate juga diwujudkan bahwa relasi suami istri itu berdampingan sehingga saling. Saling mengisi/melengkapi kekurangan masing-masing bukan diwujudkan dengan menganggap diri lebih baik satu dari yang lain, tapi karena kebutuhan untuk harus bersatu.

Selain itu, karena suami istri itu soulmate, maka keduanya tidak berjalan atau atas nama diri sendiri. Kemana dan dimana saja, masing-masing membawa nama pasangannya, walau secara fisik tidak bersama, tapi identitas pasangan akan selalu melekat. Itulah, suami istri itu bukan dua tapi satu. Suami istri itu memiliki privasi rumah tangga mereka, tidak boleh ada privasi suami atau privasi istri. (***)

Privasi Suami dan Istri

Suami Istri adalah Satu

Kebanyakan orang ribut tentang privasi..privasi..privasi…
bahkan dalam kehidupan berumah tangga ada sebagian orang menyebutkan bahwa suami dan istri punya privasi masing – masing..

Maka menurut saya itu salah..privasi hanya bisa diberlakukan terhadap orang lain.sedangkan suami istri adalah satu..artinya privasi suami ya privasi istri juga, karena dalam khotbah – khotbah nikah semuanya mengatakan begitu. “suami dan istri sebelum pernikahan adalah dua, tetapi ketika selesai ijab qabul maka keduanya menjadi satu”.

Coba deh pikirkan apa yang menjadi hal paling pribadi dari seorang wanita, apa hal yang paling dijaga oleh seorang wanita??..kehormatan dan aurat..dua hal ini yang paling pribadi yang dimiliki seorang wanita..
Coba deh pikirkan apa yang paling dijaga oleh pria?apa yang paling tidak ingin diketahui oleh orang lain?jawabannya adalah aibnya yang dapat menjatuhkan harga dirinya di depan org lain… setelah menikah keduanya menjadi satu suami istri menceritakan segalam masa kelamnya,masa senangnya,masa kecilnya,apa2 hal yg tdk disukainya. Kehormatan aurat diberikan kepada muhrimnya. Dan itu semua menjadi ibadah yang disunnahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Jadi bagi rekans yang masih berpikiran privasi suami dan istri itu ada..maka pikirkan kembali pemikiran tersebut.

Rabu, 14 Desember 2011

Mengapa Aku Memaafkan Suamiku ?

Mengapa Aku Memaafkan Suamiku ?
Saat suamimu berbuat kesalahan, dan itu menyakitimu, dengan sangat, menangislah, jika itu bisa melegakanmu. Jangan paksakan dirimu untuk tetap terlihat tegar, karena kau hanyalah manusia yang juga punya rasa kecewa, marah dan berhak protes atas sikap beliau. Maka biarkan air mata jatuh untuk kelegaan hatimu.

Namun...

Rapuhnya batinmu saat itu sebagai seorang perempuan, jangan sampai menghilangkan ingatanmu, bahwa dalam keadaan sedih dan sekalipun, kau harus tetap mengingat Allah.

Kau memang marah, kau kecewa terhadap beliau, tapi jangan kau menyimpannya terlalu lama sehingga Allah menilaimu sebagai istri yang pendendam dan pemarah. Bayangkan ketika kau mendapat julukan itu dari manusia, betapa keberatannya dirimu. Apalagi jika Allah yang memberikannya untukmu karena sudah tidak adanya kesabaran dari hatimu. Maka memang jika tidak bisa kau hentikan tangismu, tapi kendalikan hatimu untuk segera memaafkannya.

Beruntunglah karena beliau yang berbuat kesalahan dan bukan dirimu, karena itu adalah kesempatan untukmu, untuk menyadarkan beliau, bahwa kau adalah seorang yang dapat belajar untuk membahagiakannya, walaupun dalam keadaan kau kecewa dan beliau telah salah kepadamu sekalipun.

Rendahkan suaramu saat menyampaikan materi protesmu kepadanya. Sampaikan dengan kata- kata yang halus, dan memasang senyum terbaikmu. Maka yakinlah bahwa beliau akan mengerti, betapa kau belajar santun kepadanya, bahkan ketika akal sehat sudah mulai hilang karena kekecewaanmu. Tapi kau tidak mau membiarkan hatimu dikuasai oleh rasa. Rasa amarah dan dendam hanya akan membakar kasih sayang yang ada di hati beliau. Dan ingatlah tentang satu hal bahwa cara terbaik menghukum orang yang telah menyakitimu, adalah berbuat santun dan baik kepadanya.

...Dan ingatlah tentang satu hal bahwa cara terbaik menghukum orang yang telah menyakitimu, adalah berbuat santun dan baik kepadanya...
Jika kau bersabar dalam kemarahan karena kesalahan suamimu, maka lihatlah betapa bidadari akan begitu cemburu kepadamu. Lihatlah betapa suamimu akan senantiasa ridho untuk dirimu. Begitu bahagianya dia karena memiliki pasangan jiwa yang terlalu luas hatinya untuk dia sakiti lagi. Dan begitu menyesalnya dia karena telah dengan ceroboh dan khilaf menyakiti seseorang yang sangat perduli terhadapnya.

Ingatlah, bahwa setan selalu merasuki jalan darahmu, maka segera sebutlah nama Allah. Dan sadarilah bahwa suamimu pun hanya manusia, seperti halnya dirimu. Mungkin saat ini beliau yang bersalah, tapi siapa yang bisa menjamin bahwa suatu hari kaulah yang melakukan kesalahan?. Dan ketika kau pada posisi bersalah, bukankah kau juga menginginkan untuk dimaafkan, diingatkan dengan cara kasih sayang, dan dirangkul kembali oleh suamimu?. Maka mengapa kau harus menunggu beliau berbuat seperti itu, mulailah dengan mencontohkan kepadanya. Maka dia akan mengerti betapa sayang istrinya ini kepadanya, bahkan lebih dari cara beliau menyayangi dirinya sendiri.

Apakah kau percaya bahwa Allah selalu melihatmu?. Dan apakah kau akan rela bahwa Allah akan menilaimu sebagai istri yang hanya sampai disitu kesabarannya, saat kau dengan mudah mengumbar amarah dan kesedihan hatimu. Ya, kau memang berhak kecewa, karena suamimu memang bersalah. Namun itulah skenario cantik Allah agar kau sadar, dan agar suamimu tahu seberapa jauh kualitas dirimu dalam bersabar dan memaafkan. Maka buktikanlah. Buktikan yang terbaik yang kau bisa.

Subhanallah, betapa cantik dirimu saat memaafkan. Bahkan Allahpun ridho kepadamu. Allah bangga terhadapmu, hambanya yang sabar dan begitu luas hatinya. Allah bangga terhadap hamba wanitanya yang berhias dengan sifat- sifat yang mulia. Ingatlah, Beliau tidak akan berada disismu selamanya. Semoga saat beliau mengusung tandu kerandamu nanti, suamimu itu akan senantiasa mengingatmu sebagai seorang istri yang begitu sangat pengertian, pemaaf, dan penyabar atas dirinya. Semoga

(Syahidah/voa-islam.com)

Yang Diinginkan Suami dari Istrinya

Saat seorang laki- laki yang sholeh menikah, maka dia mendambakan seorang wanita yang dapat menemaninya dan memberikan kebahagiaan. Tentunya, kebahagiaan yang didamba pun mesti berdasarkan perspektif syariat. Maka kenali beberapa hal yang diinginkan suami Anda. Jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda akan mendapatkan cintanya secara utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai hidup rumah tangga, insyaAllah.

Saat seorang laki- laki menikah, maka dia mendambakan seorang wanita yang dapat menemaninya dan memberikan kebahagiaan ikhwan yang bisa memberi kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan kebahagiaan. Setelah yakin bahwa dia akan mendapatkan semua itu dari calon suaminya, dengan langkah pasti dia pun langsung menuju jenjang pernikahan.Namun, demikian pula dengan suaminya kelak, dia pun menginginkan kebahagiaan dari istrinya. Dan tentunya, kebahagiaan yang didamba pun mesti berdasarkan perspektif syariat. Tak adil rasanya jika Anda banyak menuntut suami untuk menuruti seluruh keinginan Anda, namun Anda mengabaikan keinginannya.…ada beberapa hal yang diinginkan suami Anda. Jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda akan mendapatkan cintanya secara utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai hidup rumah tangga…Dalam bukunya Kaifa Tushbihina Zaujatan Romansiyyah, Wafa’ Muhammad menulis bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Anda, ada beberapa hal yang diinginkan suami dari Anda. Dan jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda akan mendapatkan cintanya secara utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai hidup rumah tangga. Di antaranya adalah:1. Suami dimanapun pasti menginginkan seorang istri shalihah. Dia akan menjadi sebaik- baik perhiasan yang tersimpan rapi didalam rumah tangganya. Tidak ada kekawatiran di dalam hati karena dia mengetahui bahwa wanitanya akan senantiasa merasa dilihat oleh Allah dalam keadaan beliau berada didekatnya atau sedang jauh darinya. Dari sanalah akhirnya tumbuh kepercayaan sang suami kepada istri. Naka benarlah Sabda Rasulullah SAW, bahwa “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)2. Istri yang cantik. Sudah menjadi kodrat seorang laki- laki bahwa menyukai wanita yang cantik. Tapi tunggu dulu, bagaimana jika sang istri mengganggap bahwa diri mereka tidak cukup cantik dan menarik bagi sang suami?. Subhanallah, bahkan telah menciptakan manusia dengan sebaik- baik ciptaan. Semua wanita terlahir dengan cantik, tergantung bagaimana cara anda merawat diri dengan sebaik- baiknya. Dan definisi cantik, tidaklah berakhir sebatas pada fisik semata. Apalah arti kecantikan fisik jika tidak ditunjang dengan kecantikan akhlak dari sang istri. perpaduan yang pas antara keduanya, yang anda tampilkan untuk kesenangannya, insyallah dapat menjadikan suami semakin lengket dan semakin mesra. Kecantikan yang khas akan hadir dari senyum yang istri berikan kepada suami. Senyum bukan hanya disaat bahagia, namun senyum yang ada saat kesempitan justru menunjukkan kerelaan anda atas suami anda, apa adanya. Senyuman istri kepada suami tersebut insyaAllah akan bernilai pahala. Pun demikian, dengan sebuah hal yang bernama kepercayaan. Hal inilah yang salah satunya diidam- idamkan oleh para suami. Kepercayaan adalah yang utama. Sebagian besar suami ingin dipercaya bahwa dia sanggup melindungi anak-istri dan mencukupi kebutuhan orang-orang yang dicintainya. ketika istri memberikan keyakinan akan kemampuannya, hal itu menjadi hal yang akan sangat indah untuk sang suami. selain itu, kepercayaan juga erat hubungannya dengan penjaagaan rahasia dan harta suami ketika mereka tidak ada dirumah. Jangan bebani suami dengan pikiran dan atau rasa was- was bahwa sesuatu akan terjadi kepada harta dan terbukanya aib atau kekurangan mereka. Kepercayaan juga erat kaitannya dengan keterbukaan serta kejujuran anda terhadap apapun tentang anda kepada suami. selanjutnya, adalah sebuah kebahagiaan yang besar untuk sang suami ketika dia mengetahui bahwa sang istri adalah perempuan yang penuh syukur dan pandai berterimakasih kepadanya. Jika sang istri masih banyak kekurangan yang didapatnya dalam sebuah rumah tangga, maka jangan buru- buru mengeluh atau memaki. Maka ingatlah dan tetap berterimakasihlah bahwa dengan adanya nikmat pernikahan sekarang ini, anda dapat selamat dari keburukan atas kesucian diri anda. Anda juga mendapatkan buah hati yang menyenangkan hati dan menjadikan anda seorang ibu, yaitu sosok makhluk yang sangat mulia. Positiflah atas keadaan yang menimpa anda sekarang ini, karena akan selalu ada hal yang perlu dan bisa disyukuri. Siapa yang tidak menginginkan istri yang pengertian. pengertian dalam arti mengerti kesukaan dan hal- hal yang tidak disukainya. termasuk pengertian kapan waktu yang tepat dan cara yang sesuai ketika meminta sesuatu ataupun menolak sesuatu yang diajukan sang suami. ketika seorang istri mencintai suaminya dan mencintai keluarganya pula, maka hal tersebut akan menambah kebanggaan pada diri suami, karena telah beristrikan wanita yang begitu cantik akhlaknya. Siapapun suami anda sekarang, pastilah Beliau menginginkan anda tidak terasing atau terkucilkan dalam lingkungan keluarganya. Beliau akan sangat bahagia ketika anda yang pandai bergaul dan mengayomi keluarganya. Eratnya hubungan silaturahmi yang anda jalin dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya serta kecintaan dan penghormatan anda kepada keluarga suami akan semakin menambah rasa sayang suami kepada anda. Seorang suami akan memimpikan istri yang cerdas. Hal ini berlaku saat sang istri mendidik anak- anak mereka dan atau cerdas dalam mengendalikan diri terhadap emosi, keingian dan perilakunya yang terkadang banyak menilai sesuatu dengan perasaan. Kecerdasan seorang istri juga dibutuhkan pada saat harus mengkritik dan atau membenarkan langkah suami yang keliru. Dan seperti kita ketahui bahwa banyak dari laki- laki yang tidak menyukai kritik atau perendahan atas dirinya walaupun memang telah terbukti jelas kesalahan yang dilakukan. Maka luaskan hati anda untuk lebih melunahk dan cerdas dalam memperingatkan pasangan hidup anda tersebut. dan sebaliknya, wanita yang cerdas ketika harus meminta maaf kepada suami atas semua kesalahannya pun juga termasuk dari beberapa hal yang diinginkan para suami. merekapun juga ingin di dengar. Suami mana yang tidak ingin nasehat ataupun perindahnya diindahkan oleh istri dan anak- anak mereka. Naluri kepemimpinan mereka mengarahkan bahwa mereka sangat ingin didengar dan diperhatikan. Bukan hanya itu, bahkan para suamipun memiliki sisi sensitif seperti halnya para wanita. maka dari itu, sediakan waktu yang cukup dan hati yang luas untuk mereka berbicara apapun sesuai dengan isi hati dan uneg- uneg yanng menyesakkan batin mereka. Kecerdasan dari seorang istri yang menyadari hubungan timbal balik dari sebuah komunikasi yang hangat, insyaallah akan semakin merekatkan hubungan cinta suami istri. Suami adalah raja. mungkin beberapa pikiran dari laki- laki adalah seperti itu. Jangan buru- buru marah ataupun protes ketika anda mendapai bahwa ternyata suami anda adalah salah satu dari orang yang berpikiran seperti ini. cukup taatilah perintah mereka selama hal itu tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka dengan cara itu mereka akan merasa terlayani, sehingga insyaallah akan mudah bagi mereka melunakkan hati dan akan lebih menyayangi anda. Jangan menolak jika diajak suami ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi hari.”28. Anda membuat suami merasa bahwa dia penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda mengesampingkannya, maka dia akan muak dengan Anda.Suami menyukai istri yang penyabar, entah itu sabar terhadap diri beliau yang tak akan lepas dari kesalahan dan atau belajar bersabar terhadap kekurangan yang sedang melingkupinya. Suami adalah juga manusia biasa yang ingin dimengerti, disanjung, bahkan mungkin dimanjakan. Insyaallah jika semua hal tersebut anda conba untuk penuhi, maka dengan mudah limpahan kasih sayang dan perasaan bahwa dia tidak pernah merasa rugi telah menikahi anda akan sangat erat tertata dipikirannya. Lebih dari itu, baginya anda adalah sebuah perhiasaan yang tak ternilai karena istri yang sholihah memanglah selalu membawa kemudahan dan keringanan. kemudahan atas perolehan dukungan dalam melakukan ketaatan dan dan keringanan atas minimalnya beban pikiran yang disandang suami. Dan yang terakhir, anda lah sumber kebahagiaan baginya. Semoga! Seorang suami, dimanapun tempatnya pasti menginginkan seorang istri shalihah. Dia akan menjadi sebaik- baik perhiasan yang tersimpan rapi didalam rumah tangga mereka. Tidak ada kekawatiran di dalam hati karena suami mengetahui bahwa wanitanya akan senantiasa merasa dilihat oleh Allah dalam keadaan beliau berada didekatnya atau sedang jauh darinya. Dari sanalah akhirnya tumbuh kepercayaan sang suami kepada istri. Dan benarlah sabda Rasulullah SAW, bahwa “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

Next, suami menyukai istri mereka yang senantiasa cantik. Sudah menjadi kodrat seorang laki- laki bahwa mereka menyukai wanita yang cantik. Tapi tunggu dulu, bagaimana jika sang istri mengganggap bahwa diri mereka tidak cukup cantik dan menarik bagi sang suami?. Subhanallah, bahkan Allah sang maha pencipta telah menciptakan manusia dengan sebaik- baiknya. Semua wanita terlahir dengan cantik, tergantung bagaimana cara anda merawat diri dengan sebaik- baiknya. Dan definisi cantik, tidaklah berakhir sebatas pada fisik semata. Apalah arti kecantikan fisik jika tidak ditunjang dengan kecantikan akhlak dari sang istri. Perpaduan yang pas antara keduanya, InsyaAllah akan dengan mudah menggaet hati dan menyenangkan suami.

Kecantikan yang khas juga akan hadir dari senyum yang istri berikan kepada suami. Senyum bukan hanya disaat bahagia, namun senyum yang ada saat kesempitan justru menunjukkan kerelaan anda atas suami, apa adanya. Senyuman istri kepada suami tersebut insyaAllah akan bernilai pahala.

Pun demikian, dengan sebuah hal yang bernama kepercayaan. Hal inilah yang salah satunya diidam- idamkan oleh para suami. Sebagian besar suami ingin dipercaya bahwa dia sanggup melindungi anak-istri dan mencukupi kebutuhan orang-orang yang dicintainya. Ketika istri memberikan keyakinan akan kemampuannya, itu menjadi hal yang akan sangat indah untuk sang suami. Kepercayaan juga erat hubungannya dengan penjagaan rahasia dan harta suami ketika mereka tidak ada dirumah. Jangan bebani suami dengan pikiran dan atau rasa was- was bahwa sesuatu akan terjadi kepada harta dan terbukanya aib atau kekurangan mereka. Kepercayaan juga erat kaitannya dengan keterbukaan serta kejujuran anda terhadap apapun tentang anda kepada suami.

Selanjutnya, adalah sebuah kebahagiaan yang besar untuk sang suami ketika dia mengetahui bahwa sang istri adalah perempuan yang penuh syukur dan pandai berterimakasih kepadanya. Jika sang istri masih banyak kekurangan yang didapatnya dalam sebuah rumah tangga, maka jangan buru- buru mengeluh atau memaki. Kepada para istri, ingatlah untuk tetap berterimakasih atas tetap adanya nikmat, yaitu pernikahan anda sekarang ini. Karena pernikahan inilah, anda dapat selamat dari keburukan atas kesucian diri anda. Anda juga mendapatkan buah hati yang menyenangkan yang menjadikan anda seorang ibu, yaitu sosok makhluk yang sangat mulia. Positiflah atas keadaan yang menimpa anda sekarang ini, karena akan selalu ada hal yang perlu dan bisa disyukuri.

Suami juga menginginkan istri yang pengertian. Pengertian dalam arti mengerti kesukaan dan hal- hal yang tidak disukainya. Termasuk pengertian kapan waktu yang tepat dan cara yang sesuai ketika anda harus meminta sesuatu ataupun menolak sesuatu yang diajukan sang suami.

Ketika seorang istri mencintai suaminya dan mencintai keluarganya pula, maka hal tersebut akan menambah kebanggaan pada diri suami, karena telah beristrikan wanita yang begitu cantik akhlaknya. Siapapun suami anda sekarang, pastilah Beliau mendambakan anda tidak terasing atau terkucilkan dalam lingkungan keluarganya. Beliau akan sangat bahagia ketika anda yang pandai bergaul dan mengayomi keluarganya. Eratnya hubungan silaturahmi yang anda jalin dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya serta kecintaan dan penghormatan anda kepada keluarga suami akan semakin menambah rasa sayang suami kepada anda.

Seorang suami juga memimpikan istri yang cerdas. Hal ini berlaku saat sang istri mendidik anak- anak mereka dan atau cerdas dalam mengendalikan diri terhadap emosi, keingian dan perilakunya yang terkadang banyak menilai sesuatu dengan perasaan. Kecerdasan seorang istri juga dibutuhkan pada saat harus mengkritik dan atau membenarkan langkah suami yang keliru. Dan seperti kita ketahui bahwa ada sebagian laki- laki yang tidak menyukai kritik atau perendahan atas dirinya walaupun memang telah terbukti jelas kesalahan yang dilakukan. Maka luaskan hati anda untuk lebih melunakan dan cerdas dalam memperingatkan pasangan hidup anda tersebut. Dan sebaliknya, wanita yang cerdas ketika harus meminta maaf kepada suami atas semua kesalahannya pun juga termasuk dari beberapa hal yang diinginkan para suami.

Merekapun, para laki- laki itu juga ingin di dengar. Suami mana yang tidak ingin nasehat ataupun perintahnya diindahkan oleh istri dan anak- anak mereka. Naluri kepemimpinan mereka mengarahkan bahwa mereka sangat ingin didengar dan diperhatikan. Bukan hanya itu, bahkan para suamipun memiliki sisi sensitif seperti halnya para wanita. maka dari itu, sediakan waktu yang cukup dan hati yang luas untuk mereka berbicara apapun sesuai dengan isi hati dan uneg- uneg yanng menyesakkan batin mereka. Kecerdasan dari seorang istri yang menyadari hubungan timbal balik dari sebuah komunikasi yang hangat, insyaallah akan semakin merekatkan hubungan cinta suami istri.

Suami adalah raja. Mungkin beberapa pikiran dari laki- laki adalah seperti itu. Jangan buru- buru marah ataupun protes ketika anda mendapai bahwa ternyata suami anda adalah salah satu dari orang yang berpikiran seperti ini. Cukup taatilah perintah mereka selama hal itu tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka dengan cara itu mereka akan merasa terlayani, sehingga insyaallah akan mudah bagi mereka melunakkan hati dan akan lebih menyayangi anda.

Selanjutnya, jangan menolak jika diajak suami ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi hari.”

Hal lain yang berarti untuk suami adalah rasa dimana dia adalah penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda mengesampingkannya, maka dia akan membuat jarak dengan Anda.

Dan suami sangat menyukai istri yang penyabar, entah itu sabar terhadap diri beliau yang tak akan lepas dari kesalahan dan atau belajar bersabar terhadap kekurangan hidup yang sedang melingkupinya.

Suami adalah juga manusia biasa yang ingin dimengerti, disanjung, bahkan mungkin dimanjakan. Insyaallah jika semua hal tersebut anda coba untuk penuhi, maka dengan mudah limpahan kasih sayang dan perasaan bahwa dia tidak pernah merasa rugi telah menikahi anda akan sangat erat tertata dipikirannya. Lebih dari itu, baginya anda adalah sebuah perhiasaan yang tak ternilai karena istri yang sholihah memanglah selalu membawa kemudahan dan keringanan. Kemudahan atas perolehan dukungan dalam melakukan ketaatan dan keringanan atas minimalnya beban pikiran yang disandang suami. Dan yang terakhir, anda akan menjadi sumber kebahagiaan bagi beliau. Semoga

(Syahidah)

Kuserahkan Putriku Padamu (Renungan untuk Para Suami)

Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.

Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.

Dan waktupun berlalu...

Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.

Tapi,...

Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kami harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.

Waktu akhirnya memaksa kami berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kami atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kami.

Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang selalu menemani dan menolong kami dimasa tua.

Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kami hanya memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.

Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan, untuk mengangkat kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kami.

Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.

Suatu saat dia menangis karena merasa kasihan dengan kami yang mulai menua, namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.

Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur, sedih hati kami saat jauh darinya. Namun apalah daya kami, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang tuanya sendiri.

Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.

(Syahidah/Voa-islam.com)

Keajaiban Bersyukur Dan berpikir Positif

Hal apapun akan terasa indah bagi orang- orang yang bersyukur. Lihatlah betapa keajaiban selalu melingkupi kehidupan orang-orang yang penuh syukur dan tidak lupa melihat kebawah, dalam menyikapi sebuah masalah yang datang dalam hidupnya. Tidak seperti air yang beriak, dia tidak mudah berteriak, marah ataupun menggerutu dengan apapun yang datang kepadanya, kecuali malah dipersilahkannya mendidik dirinya agar menjadi lebih indah.

Orang yang bersyukur dengan otomatis akan mensetting pola pikirnya menuju yang positif. Dan ibarat yang mendera fisik dan batinnya pun tetap disikapinya dengan senyum.

Pikirannya menuntunnya untuk berpendapat bahwa, mungkin kesakitan itu untuk menghapus dosanya, atau mungkin mengingatkan dia agar lebih dekat kepada yang kuasa dan beristigfar atas semua dosa dan khilafnya.

Bagi orang yang mudah meringankan hatinya untuk bersyukur, akan merasa sangat menyayangkan sekali ketika dia hanya bisa menilai orang dari sudut pandang kelemahan mereka saja. Karena kesyukuran itu bukan hanya diterapkan kepada jalan hidupnya, namun juga dalam ringannya penerimaan orang lain untuk masuk ke dalam hatinya. Tidak mudah mulutnya mencaci, dan berat bagi hatinya untuk mengghibah kekurangan saudaranya, walau hanya dia dan Allah saja yang mengetahui.

Pikirannya berkata, `ah, betapa sudah banyak orang yang dengan pola pikir negatif dan selalu merongrong saudaranya seperti itu. Dan itu sama sekali tidak menjadikan diri mereka sendiri hebat atau lebih hebat, tapi malah sebaliknya. Memanglah ada kekurangan dalam diri orang tersebut, tapi bukankah kelebihannya juga ada. Allah tidak akan mungkin mendholimi orang itu dengan tidak menciptakan keseimbangan atas keburukan dan kelebihannya. Atau jangan- jangan malah kelebihannya lebih banyak? Atau jangan- jangan dia lebih mulia dihadapan Allah dari pada diriku sendiri?. Dan bukankah kekurangannya juga bukan hanya merupakan cobaan baginya saja, namun juga bagiku agar aku lebih belajar sabar?. Sungguh Allah memang maha benar dalam mendidikku`.

Subhanallah, masalah yang melingkupi dunia ini akan terasa sangat indah bagi orang- orang yang bersyukur dan berpikir positif.

Pun demikian ketika dia harus berhadapan dengan pasangan hidupnya. Kekurangan yang ada pada pasangannya di anggap sebuah proyek seumur hidup yang memang akan menggemblengnya menjadi pribadi yang lebih indah. Memang, terkadang ada sedikit komplain, namun lebih banyaklah senyum dan gerak nyata untuk sebuah perbaikan. Bukan hanya sekedar jalan ditempat, tanpa harapan berarti.

Baginya, pasangan adalah pasti hadiah dari sang maha kuasa. Yang harus disayangi dan diperlakukan dengan kasih sayang, termasuk sepaket dengan kekurangan mereka. Pasangan mereka adalah cermin pridadinya sendiri, persis ketika Allah yang maha kuasa berfirman bahwa, orang yang baik atau buruk, akan diberikan level yang sama sebagai pasangannya. Dalam hati orang yang bersyukur ini, sungguh tidak ada masalah yang akan diberikan Allah melebihi kemampuan dirinya. Dan akhirnya, semuanya terasa ringan untuk dijalani.

Dan hidup adalah tentang pilihan, dan setiap hari kita dihadapkan kepada pilihan- pilihan yang banyak sebagi obyek pembentuk masa depan kita nanti. Dan bukankah tidak ada manusia yang ingin kesulitan datang kepadanya disebabkan kekeliruannya sendiri? Maka mengapa kita tidak memilih bersyukur dan berpikir positif sehingga kebahagiaan yang insyaallah akan selalu menghampiri kita? Mengapa harus menyulitkan diri sendiri?.

Kekurangan dan kesusahan tanpa kita mencari dan mengundangnya, pastilah akan sudah ada. Tapi kebahagiaan dan kedamaian adalah sesuatu yang memang harus diperjuangkan agar kita mendapatkan. Tapi hal itulah justru yang membentuk harapan untuk hidup selalu akan ada. Dan hal itu adalah penting, karena sedetik orang tak punya uang, dia pun bisa tetap mencari, tapi sedetik orang tak punya lagi harapan dan gairah untuk hidup, maka baginya dimanapun di sudut dunia ini, adalah tidak lagi berarti.

Dan harapan itu akan selalu ada bagi orang- orang yang bersyukur dan berpikir positif. InsyaAllah.

(Syahidah/ Voa-islam.com)

Apakah Kau Mengerti Apa Arti Menyayangi Suamimu?

Apakah kau mengerti apa itu arti menyayang suamiialah ketika ...Kau hadirkan dirimu untuknya dalam sesulit apapun keadaan beliau bagimukau dapat dipercayanya, kau menjadi penasehat terdekatnya, dan menjadi tempat beliau membuang uneg- uneg, sehingga di depan orang lain, beliau menjadi orang yang baik- baik saja keadaannya, serta otomatis dengan begitu tertutup aibnya. Kau mengerti dan menyediakan dirimu untuk mengerti beliau, melebihi diri beliau sendiri dan apalagi orang lain, dalam mengertinya.kau menyediakan seluas- luasnya hatimu untuk merangkul dan mendekapnya dalam setiap kesedihannya dan bahkan dalam sempitnya emosi yang dikeluarkannya..Kau menjadi obat untuk sesakit- sakit perasaan dan cobaan hidupnyaKau menomor duakan ego dan sakitmu demi kebahagiaan dan ridhonya. Sampai- sampai sura hati beliau mengatakan dan bersyukur atas nikmat kepatuhanmu kepadanya. Kau menjadi sumber kebahagiaan baginya, penenangnya dikala sedih, penguatnya disaat rapuh, dan tempat berbagi dengannya tentang hal apapun yang kau suka dan ataupun kau tidak suka. Kau menjadikan dirimu alarm paling halus dalam mengingatkannya, saat beliau teralfaKau jadi satu- satunya penerimanya disaat beliau merasa telah kehilangan semuanya bahkan sekedar untuk merasa diterima, dan kau menjadi pendukungnya dalam apapun yang beliau lakukan selama hal itu tidak bertentangan dengan yang Allah perintahkan.Kau menjadikan dirimu indah dalam penampilan dan senyum, karena sayangmu mengatakan kau tak ingin mengecewakan yang kau sayangi yaitu suamimuKau berpikir positif atas apapun yang beliau lakukan terhadapmu, pun jika beliau ternyata khilaf kepadamu, maka hatimu yang begitu luas justru yang pertama kali memaafkannya, sebelum diri beliau sendiri menyadari hal itu.Maka berbahagialah untuk siapapun yang telah dan sedang disayangi. Dan hargailah semua itu karena kesemuanya tentulah ada batas akhirnya. dan mulialah bagi siapapun yang bersedia menyayangi, karena sungguh hal itu tidaklah mudah. namun ingatlah, jangan pernah duakan rasa sayangmu terhadap Allah diatas apapun yang kau sayangi. Sehingga kau akan mengerti betapa maha sucinya Allah yang telah menciptakan sebuah rasa kasih sayang....Apakah kau mengerti apa arti menyayangi suamimu ?

Ialah ketika ...

Kau hadirkan dirimu untuknya dalam sesulit apapun keadaan beliau bagimu.

Kau dapat dipercayanya, kau menjadi penasehat terdekatnya, dan menjadi tempat beliau membuang uneg- uneg, sehingga di depan orang lain, beliau menjadi orang yang baik- baik saja keadaannya, serta otomatis dengan begitu tertutup aibnya.

Kau mengerti dan menyediakan dirimu untuk mengerti beliau, melebihi diri beliau sendiri dan apalagi orang lain, dalam mengertinya.

Kau menyediakan seluas- luasnya hatimu untuk merangkul dan mendekapnya dalam setiap kesedihannya dan bahkan dalam sempitnya emosi yang dikeluarkannya.

Kau menjadi obat kala perasaannya sakit penuh dengan cobaan hidup.

Kau menomor duakan ego dan sakitmu demi kebahagiaan dan ridhonya. Sampai- sampai suara hati beliau mengatakan dan bersyukur atas nikmat kepatuhanmu kepadanya.

Kau menjadi sumber kebahagiaan baginya, penenangnya dikala sedih, penguatnya disaat rapuh, dan tempat berbagi dengannya tentang hal apapun yang kau suka dan ataupun kau tidak suka.

Kau menjadikan dirimu alarm paling halus dalam mengingatkannya, saat beliau teralfa dari kebaikan.

Kau jadi satu- satunya penerimanya disaat beliau merasa telah kehilangan semuanya bahkan sekedar untuk merasa diterima, dan kau menjadi pendukungnya dalam apapun yang beliau lakukan selama hal itu tidak bertentangan dengan yang Allah perintahkan.

Kau menjadikan dirimu indah dalam penampilan dan senyum, karena sayangmu mengatakan kau tak ingin mengecewakan yang kau sayangi yaitu suamimu.

Kau berpikir positif atas apapun yang beliau lakukan terhadapmu, pun jika beliau ternyata khilaf kepadamu, maka hatimu yang begitu luas justru yang pertama kali memaafkannya, sebelum diri beliau sendiri menyadari hal itu.

Maka berbahagialah untuk siapapun yang telah dan sedang disayangi. Dan hargailah semua itu karena kesemuanya tentulah ada batas akhirnya. dan mulialah bagi siapapun yang bersedia menyayangi, karena sungguh hal itu tidaklah mudah. namun ingatlah, jangan pernah duakan rasa sayangmu terhadap Allah dengan apapun yang kau sayangi di dunia ini. Sehingga kau akan mengerti betapa maha sucinya Allah subhanahu wata`ala, yang telah menciptakan sebuah rasa kasih sayang....

(Syahidah/voa-islam.com)

Konflik itu Indah, Jika...

Pendamping adalah tentang mendampingi yang berarti mengerti, melayani dan menjadi pelengkap serta penguat. Demikianlah peran penting seorang wanita dalam perannya sebagai istri. Tidak mudah memang, karena disisi lain seorang istri adalah juga seorang manusia, yang memiliki keinginan, harapan dan kebutuhan pribadi. Namun dalam rangka perannya dalam menjadi seorang istri yang harus bersinggungan dengan sesosok manusia yang ditakdirkan menjadi pemimpinnya, akhirnya terkadang hal ini memicu perselisihan.Hal ini dikarenakan, sang pemimpin atau suami, nyatanya juga memiliki sepaket sifat kemanusiaan sama seperti dirinya. Tapi poin tambahannya adalah, pemimpin ini memiliki hak kepemimpinan atas diri wanita tersebut.

Memang tidaklah mudah menghadapi kenyatan bagi sang wanita, bahwa dia harus menerima dirinya adalah seseorang yang harus dipimpin. apalagi jika ditambah ternyata sang istri ini adalah dibakati oleh sifat yang tidak mau kalah.

Tapi....

Bukankah pernikahan bukanlah tentang kalah dan menang, walaupun perannya adalah sebagai pemimpin ataupun yang dipimpin. Pernikahan adalah ladang amal yang dimana jikapun salah satu pihak harus mengalah demi kebaikan dan kedamaian semua, namun percayalah, tidak akan tersia- sia semua usaha itu. Kebesaran jiwa kita justru akan diuji, dan kualitas dari sebuah hati akan meningkat menuju yang lebih termuliakan.

Memanglah jika ego sudah turut campur dalam penyelesaian sebuah masalah, maka tinggallah menunggu saat kehancuran sebuah rumah tangga. Ya, itu hanya soal waktu saja.

Maka, cobalah rendahkan suara sejenak, dan lembutkan hati yang menggebu penuh emosi, kemudian sadarilah. Sebenarnya untuk apa anda menikah? apakah hanya sekedar untuk menghabiskan waktu dalam pertengkaran tanpa ujung, atau ladang perealisasian besarnya ego anda untuk menindas seseorang yang kemudian mau mengikuti dan membenarkan apapun langkah dan kemauan anda. Ataukah untuk beribadah kepada Allah?.

Jika memang jawaban anda adalah menikah bertujuan untuk ibadah, maka tanyalah pada diri sendiri tentang sebuah pertanyaan, apakah ada ajaran Allah yang memerintahkan anda untuk menjadi `pemimpin` yang menindas dan menyakiti `rakyat`nya ?. Dan atau jika anda adalah seorang istri, apakah ada perintah Allah yang menganjurkan anda untuk durhaka kepada suami?

Maka sadarilah, pernikahan adalah bukan untuk sebuah kesakitan, namun sarana menuju sebuah melengkapi separuh jiwa anda yang terserak. Dan suami anda adalah cerminan dari diri anda. Allah yang menyatukan sepasang suami istri, jadi pastilah terkandung maksud Allah untuk membaikkan kedua orang tersebut. Dan ini hanya berlaku bagi pribadi yang merasa tahu diri dengan kekurangannya. Dan hal ini tidak berlaku bagi siapapun yang tetap menganggap dirinya sebagai seseorang yang selalu benar. Allah tahu ukuran kita, dan cara terbaik membaikkan diri kita, dan lewat pasangan kita lah, kita belajar kebaikan dan cara terbaik membaikkan diri kita.

Ketika ternyata sang suami adalah seorang pemarah, maka disanalah anda dilatih oleh Allah untuk menjadi pribadi yang sabar. Atau jika ternyata sang istri adalah seorang yang susah diatur, maka disanalah skenario cantik Allah untuk melatih anda menjadi sosok pemimpin yang bijak namun tegas. Mungkin banyak dari kita yang tidak tahu kebaikan sebuah sifat yang baik, sampai akhirnya Allah mengirim pasangan kita tersebut lengkap dengan apapun kekurangan dan kelebihannya. Maka apapun dan bagaimanapun sikap dan sifat pasangan anda sekarang ini, anda patutlah berterima kasih atas pelajaran yang menjadikan anda lebih baik sekarang ini.

Dan jika mungkin konflik itu telah menjadi bagian dari hari- hari anda, karena susahnya pelepasan sebuah ego, kepentingan dan kesukaan masing- masing, maka maafkanlah. Maafkanlah diri anda yang ternyata begitu keras, lantas ikuti dengan action untuk melembutkan hati anda. Dan maafkanlah pasangan anda, karena jika anda tidak belajar untuk memaafkan, maka susah bagi anda untuk mengerti dan memahami kedalam sebuah ikhlas. Ikhlas yang hanya karena Allah. Bukankah anda menikah untuk tujuan beribadah kepada Allah?.

Hindarilah konflik dengan pasangan anda, namun bila akhirnya harus terjadi, maka indahkanlah. Indahkanlah dengan kesadaran atas sebuah pembelajaran berharga yang terpetik darinya. Ya, paling tidak satu lagi daftar kekurangan masing- masing telah sama-sama terkuak dan terperbaiki. InsyaAllah.

(Syahidah/Voa-islam.com)

Wahai Wanita, Kau Pondasi Rumah Tanggamu Sendiri, Maka Kuatkan Dirimu

Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu, namun tiada terperi kekuatanmu dalam rumah tangga. Kau lah pondasi rumah tanggamu sendiri, yang jika kau lalai, maka bangunan rumah tangga itu akan roboh dan menimpa seluruh keluargamu. Maka hentikan tindakan egoismu, yang mengutamakan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan, namun berarti adalah memuliakanmu sebagai wanita yang berbudi dan berakhlak mulia.

Jangan umbar tangisanmu, walaupun kau berhak untuk menangis. Karena jika kau merasa susah terhadap sesuatu, maka bukan hanya dirimu yang akan berduka. Lebih- lebih para suami yang akan lebih merasa karena kewajiban mereka yang memang harus membahagiakanmu. Sampaikan saja seluruh keluh kesahmu kepada yang Maha menyelesaikan dan maha mempunyai jalan keluar, Allah subahanahu wata`ala.

Jangan banyak meminta, walaupun dalam hal hakmu sekalipun jika memang sudah sedemikian sulit suamimu berjuang untuk keluarga.Ringankan bebannya walaupun sedikit. Jangan beratkan tanggung jawabnya walaupun hanya sekedar sikap burukmu yang hanya sesaat.

Bayangkan bagaimana suamimu harus menjawab pertangungan jawabnya kepada Allah atas sebuah ketidakberdayaannya dalam mendidikmu ?. hentikanlah sikap lalaimu sekarang juga.

Jangan banyak mengeluh, sampaikan saja kekurangan dan protes yang ada pada diri suamimu dengan halus, sehalus kau ingin diperlakukan olehnya. Karena rumah tangga adalah tentang komunikasi dan bekerjasama, dan bukan ajang tuntut menuntut, apalagi merinci kekurangannya. Seperti halnya kaupun tak ingin hanya dilihat dari sisi kekuranganmu saja bukan?

Jangan perlihatkan sakitmu kepada sembarang telinga. Karena tiada manusia yang bisa seratus persen dapat dipercaya. Maukah kau saat ternyata orang yang kau percaya justru memanfaatkan sesuatu yang telah kau ceritakan dan kemudia menusukmu dari belakang. InsyaAllah tidak ada yang lebih mengasihimu kecuali Tuhanmu. Maka sampaikan kepadanya segala keluh kesah dan sakitmu, kepadanya, maka akan kau temukan sejatinya obat batinmu yang luka.

Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu, namun tiada terperi kekuatanmu dalam rumah tangga. Kau lah pondasi rumah tanggamu sendiri, yang jika kau lalai, maka bangunan rumah tangga itu akan roboh dan menimpa seluruh keluargamu. Maka hentikan tindakan egoismu, yang mengutamakan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan, namun berarti adalah memuliakanmu sebagai wanita yang berbudi dan berakhlak mulia.

Maka kuatkanlah batinmu sekuat yang kau bisa, karena keluargamu membutuhkanmu untuk menguatkan mereka. Dan jika semua sudah diluar kemampuanmu, maka jangan pernah bersandar kepada manusia dalam menguatkan dirimu sendiri. Percayalah, saat kau melayani keluargamu karena Allah, maka Allahpun tak akan menyia- nyiakan mu, dan kau akan lebih terlayani oleh kebaikanNya. InsyaAllah...

(Syahidah/Voa-islam.com)

Ilmu Terindah Dari Sebuah Melayani

Disaat wanita telah memasuki gerbang pernikahan, maka Allah akan menyediakan kesempatan bagi kita, untuk menjadi pribadi yang indah, bahkan jauh sangat lebih indah.

Dan sungguh, menjadi istri adalah sebuah keindahan yang tidak semua orang akan merasakan kesemua itu. Dan keindahan itu akan terasa sangat lebih indah saat kita dapat dari dalam hati menyadari dan ikhlas karena Allah tentang sebuah melayani.

Lihatlah betapa indahnya dirimu dengan melayani, senyummu tampak sumringah karena ingin seseorang yang kau layani akan merasa terdamaikan oleh keadaan karena adanya dirimu. Walau dalam bagaimanapun adanya keadaanmu sendiri.

Lihatlah betapa damai dirimu dengan melayani. Kau berikan jatah pikiran dan luasnya dadamu yang memang kadang sudah terasa sesak, demi kebahagiaan suami yang kau layani. Mengerti bahkan saat beliau tidak mngerti keadaan beliau sendiri, mendengarkan keluh kesah beliau, merangkul semua kondisi kacau balaunya beliau lengkap dengan semua kenegatifan sikap yang saat itu ditampilkan kepadamu. Manusia ajaib mana yang akan dapat begitu memaklumi keadaan dengan tetap tenang, selain seseorang yang memang tahu arti dari melayani dan meniatkan semua karena Allah?

Lihatlah betapa teduhnya dirimu dengan melayani. Dalam keadaan yang sudah tidak memungkinkan bagi batin sabarmu untuk bisa bersabar lagi, kau masih berusaha mengkontrol semua kemanusiawianmu sebagai wanita kebanyakan yang menangis, memaki, manja pada keadaan dan lain sebagainya. Kesemua karena kesadaranmu untuk tidak ingin memberatkan hati suami yang kau layani.

Lihatlah betapa cantiknya dirimu dengan melayani, kau tampilkan dirimu begitu elegan didepan suamimu, karena perasaan yang tak ingin mengecewakan beliau karena acak- acakannya dirimu.

Lihatlah betapa lembut dirimu dalam balutan kata- kata yang indah, serta nada bicara yang santun saat melayani. Siapa di dunia ini yang tidak punya potensi untuk berteriak dan berlaku kasar? namun dengan kesadaran melayani, maka pilihanmu pun jatuh untuk bersikap sebaliknya demi kedamaian yang kau layani. Bukan sia- sia pada akhirnya, yakinlah bahwa titik akhir dari semua itu, adalah paling tidak keadaan yang akan berbalik melayani dan memuliakan dirimu. Di dunia ini, dimana sih manusia yang tidak suka dimengerti oleh orang lain, apalagi jika manusia tersebut adalah suami kita sendiri?

Lihatlah betapa telah menjadi sabar dirimu saat melayani, teredamlah kemarahanmu karena kesadaran atas diri bahwa melayani itu indah. Indah dalam membahagiakan orang lain, dan bahkan indah dalam mengindahkan dirimu untuk terlalu jauh dalam berdekatan dengan emosi. Keluh kesah memang kadang ada, namun tidak bertengger terlalu lama dan terhapuskan dengan keindahan kesadaran bahwa pada saat tersebut, Allah ridho terhadap kita. disudut lain dari hati, diri diam-diam berdoa bahwa semoga Allah menghapus dosa- dosa kita lewat kesakitan tersebut.

Lihatlah betapa dengan melayani, kau telah memberikan pelajaran berharga kepada para suami untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dengan pelayananmu, maka akan tersibukkan hari- harinya untuk bersyukur kepada Allah atas karunia keindahan sepertimu.

Subhanallah, betapa keajaiban dari kesadaran sebuah melayani, malah akan menjadikan diri kita mulia, bahkan lebih mulia dan terperbaiki. Dengan melayani kau menjadikan dirimu pantas untuk disayangi dan bahkan tidak terlalu pantas untuk disakiti. Dan bahkan semua manusia pasti hanya mempunyai satu hati untuk menyayangi, tidak lebih. dengan melayani kau menjadikan dirimu muara bagi suamimu, manusia tempatnya merasa kembali kerumah, untuk bisa merasa santai dan terdamaikan.

Melayani bukan menjadikan dirimu korban dan pihak yang selalu terkalahkan. Dengan melayani justru kau mengindahkan dirimu, dan menampilkan keadaanmu yang mungkin bakat itu tidak pernah kau sadari, bahwa kau bisa menjadi seindah itu. Benar- benar sebuah pendidikan diri yang sangat elegan dan berkelas.

Dan memanglah benar- benar indah jika sebuah pernikahan yang benar- benar ditujukan karena ingin beribadah kepada Allah. Sungguh benar ternyata bahwa dunia ini memang indah, dan seindah- indah perhiasan dunia adalah Wanita yang sholihah. Allah menjadikan kita indah dengan menjadi seorang istri, dan akhir dari sebuah niat adalah tergantung diri kita bagaimana menjadikan konsep keindahan itu untuk benar- benar menjadi indah. InsyaAllah...

(Syahidah/Voa-islam.com)

10 Tips untuk Menjadi Suami yang Sukses

1.Tampil rapih, bersih dan wangilah untuk istri anda. Kapan terakhir kali kita para suami pergi berbelanja baju yang bagus? Seperti halnya para suami yang ingin istrinya tampil cantik untuknya maka para istri pun sama yaitu ingin suaminya tampil tampan untuk mereka. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menggunakan siwak jika pulang ke rumah dan beliau menyukai wangi-wangian.
2.Gunakan nama panggilan kesayangan khusus untuk istri anda. Nabi Muhammad SAW memberi nama kesayangan untuk istri-istrinya. Gunakan panggilan kesayangan untuk istri anda yang ia sukai dan jangan menggunakan nama panggilan yang bisa melukai perasaannya.
3.Jangan perlakukan dia seperti halnya nyamuk. Kita tidak pernah memikirkan nyamuk sampai nyamuk tersebut menggigit kita. Dan jangan sampai para suami cuek, membiarkan istrinya seharian penuh dan hanya memberi perhatian ketika istrinya ‘menggigit’ atau minta diperhatikan. Jangan perlakukan para istri seperti halnya nyamuk; perlakukan mereka dengan baik dan berikan perhatian kepada mereka tanpa harus menunggu ‘digigit’.
4.Jika para suami melihat ada yang salah dengan istri mereka, cobalah untuk diam dan tidak mengeluarkan komentar. Seperti itulah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau melihat sesuatu yang tidak cocok pada istri-istrinya. Inilah cara yang hanya dikuasai oleh sedikit laki-laki Muslim.
5.Tersenyumlah ketika anda para suami melihat istri anda dan peluklah mereka dengan rutin. Senyum adalah sedekah bagi tiap Muslim yang melakukannya begitu pun dengan tersenyum kepada istri anda. Bayangkan hidup anda dengan dia yang selalu melihat anda tersenyum. Dan juga ingatlah sebuah hadits ketika Nabi Muhammad SAW mencium istrinya sebelum melaksanakan shalat meski saat itu beliau sedang berpuasa.
6.Berterima kasihlah kepada dia atas semua yang dilakukannya untuk anda. Lalu ucapkan terima kasih lagi. Contohnya ketika makan malam. Istri anda sudah memasak, membersihkan rumah dan banyak lagi pekerjaan yang harus ia lakukan. Dan kadang setelah selesai makan malam ucapan yang ia dapatkan adalah bahwa kurangnya garam dalam sop yang dimasak oleh istri anda. Jangan bersikap seperti itu; berterima kasihlah.
7.Minta kepada istri anda untuk menuliskan 10 hal terakhir yang anda lakukan untuknya yang bisa menyenangkan dia. Lalu lakukan dan kemudian minta lagi. Mungkin akan sulit jika anda menebak sendiri apa yang bisa menyenangkan istri anda. Anda tidak perlu menebak-nebak, tanyakan kepadanya, lalu lakukan dan ulangi terus sepanjang hidup anda.
8.Jangan anggap tidak penting permintaan istri anda. Buat istri anda nyaman. Terkadang para suami mungkin terlihat tidak bersemangat ketika istri mereka meminta sesuatu. Nabi Muhammad SAW mencontohkan kepada kita dalam suatu ketika kejadian Safiyyah RA menangis karena beliau menempatkan dia di onta yang lambat jalannya. Lalu beliau sapu air matanya, menghibur dia dan membawakan onta untuknya.
9.Bercanda dan bermainlah dengan istri anda. Lihat bagaimana Nabi Muhammad SAW sering balap lari dengan istrinya Siti Aisyah RA di gurun. Kapan terakhir kali kita bercanda dan bermain dengan istri kita seperti halnya yang pernah Nabi Muhammad SAW lakukan?
10.Selalu ingat sabda Nabi Muhammad SAW: “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” Cobalah untuk menjadi yang terbaik.
Jangan lupa untuk berdoa kepada Allah SWT[bagi muslim] agar rumah tangga anda menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita semua.

Ditulis oleh : Muhammad AlShareef

Sumber: Islamway.com dengan sedikit modifikasi

Harmonis Dengan Canda

“Mas, itu ada tukang bakso lewat!” ujar seorang istri pada suaminya. “Stttt… biarkan Dik, dia kan sedang usaha. Jangan diganggu!“

Mendengar ucapan suaminya tentu saja sang istri merasa gemas lalu mengejar sang suami yang ingin dicubitnya. Si suami tentu saja senang berhasil mencandai istrinya. Meski agak dongkol sang istri pun tertawa-tawa cukup lama.

Apakah anda senang bercanda dengan pasangan Anda, atau apakah pasangan anda senang menajak bercanda? Kalau jawabannya jarang atau bahkan tidak, berhati-hatilah. Beberapa tes untuk mengukur sejauh mana keharmonisan suatu hubungan pernikahan senantiasa menjadikan “ada tidaknya canda” sebagai salah satu parameter. Kurangnya canda dan gurauan di antara suami istri bisa menunjukkan kurang harmonisnya kehidupan rumah tangga.
Setiap orang tentu menginginkan hubungan pernikahannya harmonis hingga akhir hayat. Namun tak setiap pasangan dapat mempertahankan keharmonisan rumah tangganya, bahkan banyak yang berakhir dengan perceraian. Alasan perceraian “sudah tidak ada kecocokan” sebenarnya berarti sudah hilangnya keharmonisan dalam rumah tangganya.

Banyak faktor yang mempengaruhi hilangnya keharmonisan diantara keduanya. Diantara faktor yang paling penting yaitu komunikasi. Jika komunikasi mengalami hambatan bisa mempengaruhi hubungan suami istri.

Suami istri perlu membiasakan suasana komunikasi yang akrab dalam keseharian bahkan dalam menentukan berbagai keputusan penting dalam rumah tangga. Suami dan istri harus saling menghargai pendapat masing-masing. Tak sepantasnya suami mendoktrin istri, atau bahkan meremehkan pendapatnya. Demikian juga sang istri sebaiknya tidak mendominasi pembicaraan. Suasana dialogis perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

Rasulullah adalah teladan baik sebagai seorang suami dalam menjalin komunikasi dengan keluarganya. Beliau tak segan mendengarkan pembicaraan istri tanpa memotong, menyela bahkan menghentikannya. Sebagai contoh, suatu malam Aisyah menuturkan kisah yang amat panjang tentang sebelas orang wanita di zaman jahiliyah yang menceritakan suami-suami mereka.

Diceritakannya satu persatu cerita dari para wanita itu dari mulai satu hingga ke sebelas. Selama Aisyah bercerita Rasululah menyimaknya dengan baik. Aisyah merasa bebas bercerita kepada Rasul Allah SAW tanpa khawatir dipotong dan diacuhkan oleh beliau. Bahkan Rasulullah terlihat betah mendengar cerita Aisyah yang panjang lebar itu. Setelah selesai barulah beliau memberi komentar secukupnya. Dari kisah itu kita bisa melihat suasana komunikasi dalam keluarga yang baik dan lancar.

Rasulullah adalah juga sosok suami yang sangat memperhatikan kebutuhan batiniah istrinya. Rasulullah senantiasa mengupayakan suasana yang menyenangkan dan selalu ingin menghibur perasaan istrinya. Aisyah yang terpaut usia sangat jauh tidak dipaksa melulu untukmengikuti pola dan irama hidup Rasulullah sebagai pemimpin umat. Ada saat-saat di mana Rasulullah mengkondisikan suatu suasana dan situasi demi menyenangkan perasaan Aisyah. Nabi mengundang beberapa anak gadis Anshar untuk bermain-main dengan Aisyah. Dibiarkannya Aisyah bemain memuaskan hatinya. Hubungan harmonis Rasulullah dengan Aisyah pun terlihat dari sikap masing-masing terhadap pasangannya.

Aisyah pernah menyaksikan orang-orang Habsyah yang sedang bermain pedang di mesjid sebagai bentuk latihan menghadapi peperangan. Sambil menonton Aisyah bersandar di pundak beliau. Selama itu beliau tidak beranjak sampai Aisyah sendiri yang menginginkan pergi. Demikian juga Rasulullah kerap menyandarkan kepala di pangkuan Aisyah sambil membaca Al Quran.

Rasulullah bahkan pernah berlomba lari dengan Aisyah.

“Rasulullah berlomba denganku hingga aku dapat mendahuluinya, sampai ketika saya menjadi gemuk beliau berlomba dengan aku dan beliau mendahului aku. Lalu beliau tertawa dan berkata, “Kali ini untuk menebus yang dulu” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Untuk menciptakan suasana harmonis Rasulullah gemar bercanda dengan istrinya. Meskipun beliau banyak mengalami kesedihan, beliau suka bergurau. Beliau menyertai istrinya dalam tertawa. Pada suatu kali, saat membuat roti, dua orang istri Nabi yaitu Aisyah dan Saudah bercanda saling melumurkan adonan tepung ke wajah, dan Rasul turut serta bergembira bersamanya (HR. Bukhari).

Rasulullah pun menganjurkan bergurau pada sahabatnya. Rasulullah pernah berkata kepada Hanzhalah ketika. Hanzhalah merasa sedih melihat perubahan sikapnya (keadaannya) sendiri yang berbeda ketika berada di rumah dan ketika bersama Rasulullah saw, sehingga ia menganggap dirinya munafik.

Maka Rasulullah bersabda, “Wahai Hanzhalah kalau kamu terus menerus dalam keadaan seperti ketika kamu bersamaku, niscaya kamu akan disalami oleh malaikat di jalan-jalanmu. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, berguraulah sekedarnya.“

Canda dan gurauan memang diperlukan dalam menjalin komunikasi yang akrab khususnya antara suami dan istri. Suasana tegang dan hubungan yang kaku dan hambar dapat dicairkan dengan gurau dan canda.

Menurut beberapa penelitian humor atau canda dapat menghindari stress dan timbulnya serangan jantung. Senyum dan tawa akan mengedurkan tegangnya urat syaraf. Persoalan rumah tangga yang kadang pelik dan rumit harus dihadapi dengan rileks. Pernikahan bukan sekadar kontrak sosial dimana suami istri terikat dengan peraturan dan hubungan kaku. Sebaiknya dibangun suatu relasi dan situasi yang yang nyaman dan menyenangkan di mana setiap pasangan dapat menikmati hari-harinya.

Dalam saling menasihati antara suami istri, canda dan humor juga sangat dibutuhkan. Menurut Abdullah Nashih Ulwan nasihat yang disertai humor dapat menggerakkan rasio, menghilangkan jemu dan menimbulkan daya tarik. Nasihat yang menggurui dan kritik yang tajam akan sangat berlainan dampaknya dibanding dengan nasihat dan kritik yang disampaikan dengan canda. Canda akan mengurangi resiko munculnya perasaan tersinggung. Canda memang dapat menciptakan suasana komunikasi yang kondusif dalam rumah tangga sehingga ikatan pernikahan senantiasa harmonis. Namun perlu diingat bahwa canda harus betul-betul diniatkan untuk menyenangkan perasaan pasangan, bukan untuk menyinggung perasaannya. Insisiatif meyenangkan hati pasangan ini jangan hanya muncul dari salah satu fihak, melainkan harus dari keduanya.

Istri maupun suami pun harus menghargai upaya pasangannya dalam menyenangkan hatinya sehingga ia akan merasa terpacu dan terpanggil untuk selalu menyenangkan hati pasangannya.

“Sesungguhnya hati itu bisa bosan sebagaimana badan pun bisa bosan (letih), karena itu carikanlah untuknya hiburan yang mengandung hikmah.” (Ali karamallahhu wajhah).

Wallahu a’lam.

————
sumber : Ida S Widayanti / Hidayatullah

Sumber : www.dudung.net

Selasa, 13 Desember 2011

Apa Kabar, Jodohku?

Apa kabar jodohku?
Apakah kau juga sedang terjaga malam ini?
Apakah kau juga sedang memanjatkan doa kepada Ilahi di sepertiga malam ini?
Dan apakah mulut dan hatimu terus menerus berzikir disaat ini?
Begitu sangat aku merindukanmu, wahai jodohku....
Berharap kau segera datang menjemputku.
Tapi mungkin saat ini belum saatnya yang tepat untuk kita bertemu.
Walau aku sungguh mau, Walau aku sungguh ingin,
Namun takdir kehidupan mengharuskan kita untuk berjalan lebih lama dan masih banyak kewajiban yang harus kita emban dan kita lakukan.

Apa kabar jodohku?
Apakah kebaikan sedang melingkupi hatimu saat ini?
Apakah kedamaian bersama Allah sang maha pengasih telah mengisi hari- harimu hingga kini?
Bagaimana dengan Quranmu?.
Sudahkah kau berakrab dengannya hari ini?
Ceritakanlah kepadaku..
Aku berharap bisa mendengarnya. ..

Apa kabar jodohku?
Sehatkah kau saat ini?
Lalu episode apa yang sedang kau jalani sekarang?
Jujur, rasanya lelah aku menunggumu.
Sampai- sampai aku berharap,
Ketika mata ini terbuka, kau telah berada duduk disebelahku,
Kau tersenyum dan membangunkan aku.
Bersama kita bertafakur serta bersujud kepadanya.

Apa kabar jodohku?
Berat hati ini menantikanmu, gelisah pula hati ini memikirkanmu.
Jika saja sekarang kita telah halal dalam ikatan suci,
Aku akan merawatmu dengan penuh kasih sayang.
Maka doakanlah...
Agar aku sabar menunggu, agar kau pun juga bersabar menunggu. Tenanglah....
Aku disini masih bersabar menanti mu, maka kaupun seharusnya begitu.

Jodohku...
Bilakah kita akan bertemu?
Pasti kita akan bertemu.
Namun sekarang, bahagiakanlah dahulu orang tua dan orang- orang yang menyanyangimu.
Namun sekarang, penuhilah dahulu segala kewajibanmu.
Dan perbaikilah kekuranganmu.
Maha suci Allah yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan
Disaat dan waktu yang tepat

Jodohku....
Aku yakin, bila laki- laki yang baik adalah untuk wanita yang baik dan wanita yang baik adalah untuk laki- laki yang baik.
Maka bisakah kau bantu aku dengan doamu, agar aku mampu membaikkan dan memperbaiki diriku?
Dan, sudahkah kau sendiri berdoa dan berusaha agar hidup dan dirimu terasa lebih baik?
Semoga kelak saat kita bertemu, aku dapat menjadi hadiah untukmu.
Seorang istri yang senantiasa menyenangkanmu.
Semoga di akhir penantian kita nanti,
Kebahagiaan dan kedewasaan batin dari sebuah pribadi, sudah kita miliki.

Jodohku...
Semoga kau tak selalu memenuhi hari dan hatimu hanya dengan aku.
Semoga tetaplah Allah yang menjadi raja di kalbumu.
Dan doakanlah agar akupun berlaku yang sama.
Agar pertemuan kita nanti benar-benar berada dalam ridhoNya.

Jodohku...
Jangan risau dengan lamanya waktu,
karena aku insyaAllah adalah sebuah kepastian untukmu.
Bukankah kau juga yakin bahwa Allah menciptakan makhluknya berpasang- pasangan?.
Maka jangan risau dengan lamanya menunggu.
Jangan pula kau belokkan arah hidupmu pada keputusasaan.
Yakinlah, semua hanya masalah waktu.
Waktu yang pasti akan ada ujungnya.
Dan karena Allah tidaklah sedang mendholimi hambanya.
Maha suci Allah yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan
disaat dan waktu yang tepat.

Aku Seorang Munafik?

Dengarkanlah, aku sedang bertanya, dengan sangat jujur, kepada hatiku, apakah aku seorang munafik?

Aku mengakui Allah sebagai tuhanku, tapi entah sudah berapa banyak hal dan makhluk yang aku tempatkan sejajar denganNya bahkan lebih, dihatiku.

Aku mengaku muslim, namun lihatlah perhitungan rinci yang pasti aku kemukakan di depan, ketika telah sampai waktunya aku harus mengerjakan kewajibanku sebagai muslim. Bahkan sebenarnya aku adalah sudah lebih dari tahu dan sadar bahwa aturan Allah telah jelas tentang segala sesuatu dalam hidup. Namun, entah kenapa aku tetap dengan berat hati menanggalkan semua. Apalagi lah, jika bukan karena aku tak mau rugi dalam urusan dunia. Ketakutan dan kemalasan seketika menyelubungi kepala dan menjalar ke hatiku yang akhirnya akupun menghentikan arus kebaikan itu untuk menemani hari- hari itu.

Aku mengaku muslim, namun laku, tindakan, dan tutur kataku tak lebih dari menghujat, memecah belah dan merusak citra islam dan harga diriku dan saudaraku sendiri. Dan ... ajaibnya, aku tetap menganggap hal itu sebagai sebuah kebanggaan dan atau prestasi dari diriku yang akan mungkin membuahkan pahala dimata Allah. Ya robb, sudah tidak waraskah aku?

Aku mengaku muslim, namun aku tak pernah berbangga dengan identitasku ini, dan malah menghujat sesamaku yang telah mendapat rahmat Allah untuk dapat menerapkan aturan islam lebih baik dan lebih nyata dari pada aku. Entah pikiran setan apa yang menggelayuti hatiku, dan lihatlah malah kesombongan dan caci maki atas mereka yang selalu aku berikan tanpa henti.

Aku mengajarkan kebaikan namun saking sibuknya diriku dengan sebuah pengajaran, aku lupa mengajari diriku untuk mempraktekkan kebaikan itu dalam kehidupanku sendiri. Tidak ada yang tahu memang, ataupun tidak ada yang repot dengan mencampuri urusan hidupku, namun ternyata hatiku sendiri yang berprotes kepadaku dan betapapun aku mencoba lari darinya, aku tetap tidak bisa.

Aku mengakui sebuah kebaikan dan manfaat dari kejujuran. Namun diam- diam aku mengkhianati hati nuraniku dengan berbuat curang pada Allah, diriku sendiri, kepada sesamaku. Aku menyangka Allah pun hanya diam dan tanpa akan menyeruakkan aibku ini, karena ini adalah rahasiaku dengan Nya. Selanjutnya dengan bangga dan penuh kamuflase atas sebuah julukan orang alim dan jujur, aku berjalan di muka bumi, dengan tetap tenang.

Manusia lain menggelariku orang yang amanah dalam menjaga dan memenuhi titipan mereka kepadaku. Namun dibelakang mereka, amanah itu aku selewengkan dengan alasan kebutuhan dan selera duniaku. Dan jika akhirnya mereka mengetahui hal itu, maka dengarlah untaian kata- kata indah yang dengan keahlian dan kepandaianku aku rangkai dengan berbagai cara. Apalagi lah tujuannya selain agar mereka tetap mengenaliku sebagai yang terbaik.

Lihatlah betapa mulutku memang benar- benar mengekspresikan isi hatiku. Isi hati yang aku tuntun untuk menjadi munafik, namun ternyata aku tidak sekuat itu untuk memaksanya. Suara bisikan kebaikan dari Allah lewat hati nuraniku, tetap begitu kuatnya sehingga membentuk sebuah pertentangan batin yang tidak sanggup aku kuasai permainannya.

Apakah aku seorang munafik?

MasyaAllah, ternyata aku seorang munafik. Betapa banyak manusia yang menilaiku baik, namun itu sama sekali tidak mengurangi teriakan batinku yang memaki diriku karena aku sebenarnya adalah seorang munafik. Hatiku protes karena aku telah mencurangi Allah walaupun hanya dia sendiri yang mengetahuinya. Aku ternyata tidak bisa lari sama sekali dari umpatan hati nuraniku yang pasti akan jujur tentang adanya aku.

Ya robb, ampunilah hambamu yang sombong ini, yang telah berbangga hati dengan dinilai baik dan berusaha agar dinilai baik dihadapan manusia, namun sebenarnya rendah di hadapanMu. Sanggupkah hamba ketika "video" keburukanku itu nanti akhirnya akan diputar kembali dan di pergelarkan pada semua makhlukmu diakherat nanti? Sanggupkah hamba saat nanti tiada lagi ampunan darimu dan rahmat untuk hamba, untuk tertutupnya dengan rapi semua aib dan kekurangan hamba?

Ya Allah, semakin manusia menilai baik terhadap hamba, sebenarnya semakin dalam sakit yang hamba rasakan. Sakit lantaran semakin keras pula teriakan hati nurani hamba yang mengatakan bahwa hamba adalah seorang MUNAFIK, yang hanya pandai memoles jati diri dengan sejuta kebohongan, kecurangan dan dan topeng demi terlihat sempurna dihadapan manusia.

Ya Allah, ampunilah hamba... Ampunilah hambamu yang hina ini...

(Syahidah/voa-islam.com)

Wahai Jiwa- Jiwa Yang Ikhlas...

Wahai Jiwa- Jiwa Yang Ikhlas...
Betapa banyak orang yang terpenjara dalam sempitnya sangkar hati yang begitu sangat membelenggunya. Sedangkan kunci untuk memerdekakan hidup dan batinya tersebut hanyalah dengan ikhlas. Namun keadaannya masih juga belum berubah. Semua karena keengganan atau rasa separoh hati yang menuruti perhitungan untung rugi yang dikatakan logikanya. Maka ditangguhkannya kemerdekaan jiwanya tersebut dan dinikmatinya kesakitan yang berkepanjangan. Jika semua sudah sampai pada titik puncak, sayang sekali bahwa dia lalu melanjutkan kemarahan dan penghujatan tiada henti kepada Allah,karena merasa telah didholiminya. Tidak, sama sekali tidak, Allah adalah sang maha penyayang atas hambaNya.

Sejenak lihatlah betapa telah jelas terbukti bahwa alangkah kerugian dan kesempitan yang menyita batin manusia jika dia tidak mau atau tidak mau tahu tentang keberadaan aturan tuhannya. Dan betapa pandai manusia ketika dia dapat menghebatkan batinnya untuk tertuntun dalam keteduhan jalan Allah. salah satu nilai kehebatan itu terkandung dalam Ikhlas. Bukan hanya kesediaannya menyerahkan jiwa kepada tuntunan kehendak Allah, namun ikhlas adalah tentang memohon untuk yang terbaik,berusaha untuk hasil terbaik sampai batas akhir sebuah kekuatan yang kemudian hasilnya kita terima dengan penuh syukur,dan atau kemudian lebih berusaha lagi demi yang lebih baik.

Jiwa yang ikhlas tidak terlalu cerewet bertanya tentang keberlakuan takdir Allah atasnya, melainkan jiwanya berkata bahwa Allah yang paling tahu atas kebutuhan hidupnya. Dibesarkannya pemikiran positif atas sang maha pengatur hidupnya itu, karena kepastian diberikan dan dipenuhinya kepentingan atas hidup dan keberlangsungannya.

Jiwa yang ikhlas tidak akan berhenti hanya bertanya, tanpa bersungguh-sungguh mencoba. Dipertebal rasa malunya untuk memerintah sang maha kuasa guna mengharuskan mudahnya kebaikan itu datang baginya, sebelum dia ikhlas berupaya.

Jiwa yang ikhlas akan menghentikan rengekan atas permintaan jaminan penghargaan oleh para makhluk ataupun dari penciptanya, karena kuatnya keyakinannya bahwa kebaikan adalah jaminan kepastian bagi yang ikhlas.

Jiwa yang ikhlas tidak akan gampang menyalahkan Allah atas kelemahan dan kealpaannya. matanya akan melihat dan kemudian berpikirbahwa ternyata banyak orang lain yang tidak sekuat dia namun akhirnya lebih berhasil dari padanya karena keikhlasannya.

Jiwa- jiwa yang ikhlas menyadari dan mengakui serta menetapkan hati bahwa Allah subahanahu wata'ala adalah maha dalam segalanya. sungguh, ketetapan itu tidak diterimanya kecuali dengan damai.diperkuatnya kesungguhan,maka batinnya akan berkata bahwa Allah yang akan menghebatkan sekecil-kecil kekuatan,untuk merampungkan sebesar-besar tugas dan kepentingan hidupnya.

Lihatlah, jiwa- jiwa yang ikhlas terlihat tampil lebih besar dari ukuran kemanusiannya. Sendirian dia bisa melakukan tugas dari seribu orang. Dia melihat yang tiada mampu dilihat manusia lain, dan dia dapat mendengar atas sesuatu yang tak tersuarakan. dia dapat mempelajari dan mengambil hikmah lebih banyak dari pada para batin manusia lain yang terlalaikan. Kelebihan kesaktian tersebut pasti akan dilebihkan oleh Allah sebagai sebuah harga yang lebih dari pantas. Jiwa yang ikhlas adalah jiwa yang sakti.

Dan sesungguhnya Allah tidak akan pernah mencukupkan satu bahasa cukup untuk menggambarkan keindahan kehidupan bagi jiwa yang ikhlas, karena ikhlas adalah bagai sebuah siklus tanpa akhir yang membahagiakan dan memerdekakan manusia.

Peneduh Jiwaku Adalah Suamiku

Surga atau neraka dunia ternyata dapat dicipta dan dipilih dalam sebuah rumah tangga. Semua tergantung cantiknya kerjasama antara sang pimpinan yaitu suami dengan para "rakyat"nya. Kelihaian suami dalam menyikapi serta menanggapi emosi permaisurinya yang kadang naik turun tergantung selera dan keadaan perasaan, sudah barang tentu turut menentukan keberlangsungan rumah tangga itu. Disinilah sebenarnya kesempatan bagi para laki- laki yang ingin menguji kualitas diri dalam kepemimpinan, pengayoman serta penguasaan, khususnya terhadap para istri mereka.

Ya, para istri yang sejatinya menjadi guru atas kesabaran suami, karena kemanjaan,serta kebandelan mereka. Jika para suami menyikapinya secara positif, maka bukan amarah yang akan mereka tampilkan melainkan perasaan kemakluman atas seorang wanita yang mereka cintai, yang menjadi ladang amal bagi mereka sebagai jembatan pengabdian kepada Allah.

Bagaimana seorang istri tidak bahagia mempunyai seorang suami yang mempunyai penguasaan diri yang cukup atas emosi, ego serta kelemahannya sendiri. Dan ajaibnya, suami mengemas semua itu dengan caranya yang sangat laki- laki, sehingga yang nampak adalah kekuatannya yang tidak mungkin tidak, akan melahirkan sebuah pujian. Istri adalah orang terdekat suami, yang mengetahui sebagian besar baik dan buruknya mereka. Maka, Ketika suami sudah dapat memukau dan menyejukkan hati sang istri, maka orang terjauh sekalipun akan menyayangi sang suami. Apa gunanya bila mengutamakan pandangan serta pendapat orang lain yang mungkin tidak memberikan andil penting dalam hidup para suami, sedangkan kehadiran si suami sendiri dirumah sama sekali tidak menentramkan keluarga?.

Senyum serta keistiqomahan para suami untuk tetap bersikap ramah dan menjaga lidah serta tangan mereka dengan baik, sejatinya menghadirkan rasa malu dari para istri yang justru akan memaki diri mereka sendiri karena keras kepala mereka dalam sebuah kesalahan. Seorang istri juga mempunyai naluri untuk berbuat dan bersikap baik, maka dari itu, ketika mereka berbuat salah, sebenarnya mereka akan secara sadar mengetahui dan mengakui kesalahan tersebut. Namun mungkin ego dan gengsi menahan tangan dan mulut mereka untuk merendahkan diri dan meminta maaf. Disinilah pentingnya kebesaran hati seorang suami untuk memaafkan pasangannya. Tak perlu banyak kata, tak perlu banyak action. Dengan tetap bersikap baik, para suami akan sudah memperoleh gelar kebesaran serta kewibawaannya dihadapan sang istri.

Subhanallah, siapa wanita didunia ini yang tidak menginginkan suami yang sangat penyayang dan sabar menghadapinya. Bahkan lebih memahaminya dari diri sang istri sendiri. Betapa sangat dalam dan berartinya nasehat dari seseorang yang dengan penuh wibawa mengayomi kemanjaan serta kebandelan. Sang istri akan merasa bahwa suami adalah separuh jiwanya karena yang paling memenuhi kebutuhan batin atas penghargaan orang lain adalah suaminya sendiri. Hal ini tentu sangatlah menyentuh dan benar- benar menyentuh hatinya. Dalam diri istri muncul kekaguman karena sama sekali tiada hadir amarah dari suami. Hanya pemakluman dan pengertian yang penuh kebijaksanaan serta senyum tulus yang meneduhkan, mendamaikan. Waktu seolah tiada masalah ketika berlalu hanya demi mendengarkan keluh kesah serta efek dari kepenatan hidup dari sang istri.

Yah begitulah pinta dari kaum para kaum hawa, didengarkan. Mereka bahkan lupa untuk berpikir penting atau tidak keluhan mereka, yang mereka tahu hanyalah ingin didengarkan. Mereka mungkin tidak tahu, logik atau tidak alasan kesedihan dan segala air mata mereka, yang mereka tahu hanya kebutuhan untuk dipahami. Dan Allah memang sang maha memahami, di beriNya keseimbangan hidup dalam jiwa rapuh para wanita dengan kekuatan hati, kewibawaan serta kebijaksanaan laki- laki.

Maka cukuplah para suami menyadari kekuatan mereka dalam "pengasuhan"nya terhadap sang istri. Surga dunia pun dapat mereka ciptakan dalam hangatnya kedamaian rumah tangga lewat kewibawaan dan kebijaksanaan sang nahkoda rumah tangga tersebut. Tak perlu caci maki, teriakan atau pamer kekuatan, karena semua itu justru akan menghilangkan kebesaran anda sebagai seorang pemimpin dirumah. Dan seorang suami yang memuliakan istrinya, tidak lain adalah memuliakan dirinya juga, dihadapan Allah dan para manusia di sekelilingnya

Saat Kau Merasa Sangat Begitu Lelah...

Saat Kau Merasa Sangat Begitu Lelah...

Ketika kau lelah...Saat ragamu lelah, maka bersyukurlah bahwa sehari ini kau telah berbuat banyak untuk dirimu dan keluargamu. Kau membahagiakan mereka, kau menenangkan mereka dengan hasil jerih payahmu yang melelahkan, maka tercukupilah kebutuhan mereka. Lihatlah betapa kehadiranmu memang memang pantas untuk di syukuri oleh sekitarmu, maka bersyukurlah atas karunia dari tuhanmu yang menjadikanmu pantas untuk menjadi yang di banggakan. saat lidahmu lelah, maka diamlah. Mungkin dia terlalu capek atas huruf- huruf dusta yang terpaksa dilakoninya atas perintah kepentinganmu. Atau mungkin dia terlalu bosan dengan kata- kta bijak yang kau keluarkan namun ternyata tidak selaras dengan kenyataan yang kau wujudkan. Atau dia terlalu rindu dengan kalimat- kalimat mulia yang menjadikan lidahmu sendiri itu sebagai pembelamu saat nanti kalian berada dipengadilan Allah. Saat matamu lelah, maka pejamkan dan istirahatkanlah dia. rasakanlah betapa kekhasan dari sebuah nikmat itu memang tengah menaungimu lewat indahnya memiliki sebuah pandangan. Maka jangan jadikan dia lelah karena terus menerus menjadi salah satu donatur dosa yang justru menggiringmu dineraka. Dan jangan jadikan dia lelah karena terus menerus kau paksa untuk tetap terjaga mengikuti ambisimu dalam menggenggam dunia. sadarilah kerinduannya akan sebuah keteduhan yang diingankannya sebagai salah satu cabang dari cerminan hatimu. penuhilah keinginannya untuk lebih ringan dalam memandang sebuah bentuk dari egomu.Saat kakimu lelah, maka nyamankan dia. Nyamankan dengan berhenti untuk tetap berdiri dalam sebuah kemaksiatan. Bahkan kakipun juga adalah prajurit dari sebuah hatimu sendiri. Dia juga merupakan karunia nikmat dari Allah, tapi juga bisa menjadi korban dari nafsumu jika kau tak baik- baik menjaganya. istrirahkan dia dari langkah yang terus menerus demi memenuhi hasrat pikiran dan kamauan ambisimu. Saat hatimu lelah, istrirahatlah sebentar untuknya. Mungkin kepentingan duniawimu sudah terlalu menyesakkan dada sedang naluri ruhiyahmu sudah terlalu lapar dan meminta disegerakan atas pemenuhan haknya. Maka berhentilah sebentar, dan berilah jeda waktu untuknya. Biarkan manusiawi sebuah hatimu itu bertemu dengan yang menciptakannya. Biarkan rongga kosong itu terpenuhi oleh kebutuhan akan kedekatan dengan tuhannya. Biarkan dia belajar untuk menginsyafkan kembali prajurit indrawinya yang mungkin masih masih bandel untuk berada dalam kebaikan. Biarkan sebentar dia menjadi penyaring untuk membedakan yang benar dan salah. dan biarkan lebih lama, dia menuntunmu untuk menyegarkan dan menyemangatimu kembali, sehinga keluhan dan kelelahanmu bisa diselesaikan olehnya. Saat ragamu lelah, maka bersyukurlah bahwa sehari ini kau telah berbuat banyak untuk dirimu dan keluargamu. Kau membahagiakan mereka, kau menenangkan mereka dengan hasil jerih payahmu yang melelahkan. Kau damaikan mereka karena tercukupinya kebutuhan mereka. Lihatlah betapa kehadiranmu memang memang pantas untuk di syukuri oleh sekitarmu, maka bersyukurlah atas karunia dari Allah itu, yang menjadikanmu pantas untuk menjadi yang di banggakan.

Saat lidahmu lelah, maka diamlah. Mungkin dia terlalu capek atas huruf- huruf dusta yang terpaksa dilakoninya atas perintah kepentingan dan nafsumu. Atau mungkin dia terlalu bosan dengan kata- kata bijak penuh kebaikan yang kau keluarkan, namun ternyata tidak selaras dengan kenyataan yang kau wujudkan. Atau dia terlalu rindu dengan kalimat- kalimat mulia yang menjadikan lidahmu sendiri itu sebagai pembelamu, saat nanti kalian berada dipengadilan Allah.

Saat matamu lelah, maka pejamkan dan istirahatkanlah dia. Rasakanlah betapa kekhasan dari sebuah nikmat itu memang tengah menaungimu lewat indahnya memiliki sebuah pandangan. Maka jangan jadikan dia lelah karena terus-menerus menjadi salah satu donatur dosa yang justru menggiringmu ke neraka. Dan jangan jadikan dia lelah karena terus-menerus kau paksa untuk tetap terjaga, mengikuti ambisimu dalam menggenggam dunia. Sadarilah kerinduannya akan sebuah keteduhan yang begitu di dambanya sebagai salah satu cabang dari cerminan hatimu. Penuhilah keinginannya untuk lebih ringan dalam memandang sebuah bentuk dari egomu.

Saat kakimu lelah, maka nyamankan dia. Nyamankan dengan berhenti untuk tetap berdiri dalam sebuah kemaksiatan. Bahkan kakipun juga adalah prajurit dari sebuah hatimu sendiri. Dia juga merupakan karunia nikmat dari Allah, tapi juga bisa menjadi korban dari nafsumu jika kau tak baik- baik dalam menjaganya. Istirahatkan dia dari langkah yang terus-menerus demi memenuhi hasrat pikiran dan kamuan ambisimu.

Saat hatimu lelah... mungkin kepentingan duniawimu sudah terlalu menyesakkan dada, sedang naluri ruhiyahmu sudah terlalu lapar dan meminta disegerakan atas pemenuhan haknya. Maka berhentilah sebentar, dan berilah jeda waktu untuknya. Biarkan manusiawi sebuah hatimu itu bertemu dengan yang menciptakannya. Biarkan rongga kosong itu terpenuhi oleh kebutuhan akan kedekatan dengan tuhannya. Biarkan dia belajar untuk menginsyafkan kembali prajurit indrawinya yang mungkin masih masih bandel untuk berada dalam kebaikan. Biarkan sebentar dia menjadi penyaring untuk membedakan yang benar dan salah. Dan biarkan lebih lama, dia menuntunmu untuk menyegarkan dan menyemangatimu kembali, sehingga keluhan dan kelelahanmu bisa diselesaikan olehnya.


Saat kau telah begitu lelah... beristigfarlah atas apa yang telah membuatmu seperti itu dan kemudian istirahatkan kelelahanmu, selanjutnya serahkan urusanmu kepada yang Maha terjaga, Allah Subhanahu Wata'la.

Demi Allah, Tahanlah Lisan Jahatmu Atas Suamimu!

Ketika diri dihadapkan pada suatu masalah, maka tak jarang gelapnya hati dan buntunya logika menuntun kita pada sebuah sikap yang justru lebih memperunyam suasana. Tak jarang pula, entah tanpa sadar atau tidak, kita mengeluarkan kata- kata makian dan penuh dengan nada- hujatan serta merendahkan. Dan sangat disayangkan, ketika obyek alias sasaran yang kita harapkan untuk menerima kerendahan itu ternyata adalah suami kita sendiri.

Wahai wanita...

Lalu apakah yang kau peroleh setelah menghujat? Apakah yang kau peroleh setelah kalimat "margasatwa" itu telah habis- habisan kau paksaan bagi suamimu untuk mendengar? Legakah batinmu atas keadaan itu?

Masyaallah, lihatlah ternyata kau sama sekali tidak terlihat lebih indah. Demi Allah, memanglah sangat sakit mungkin, sakit yang kau rasakan saat kau penuh amarah. Namun semua kata- kata kotor yang kau lontarkan itu, ternyata tidak akan pernah sama sekali memuliakanmu di hadapan Allah, dan atau memberi celah untukmu mendapatkan jalan keluar atas masalahmu itu.

Maka bersabarlah....

Bersabar itu bukan berarti kau tak boleh sama sekali marah. Bersabar itu berarti kau tetaplah boleh marah, tetapi tidak menggunakan rasa marah yang kau rasakan itu, untuk merendahkan diri suamimu dan melukai hati beliau, sehingga beliau terasa sangat terendahkan dan sedih, sedang dirimu sendiri telah berhasil mengikhlaskan diri untuk tidak menjadi mulia.

Maka ingatlah para wanita, suamimu adalah tetap dan akan selamanya menjadi ladang ibadah bagimu untuk meraih surga. Beliau adalah penyelamat kehormatanmu, penjaga batinmu, dan karenanya kau juga tak mendapat julukan perawan tua ataupun janda yang dipandang sebelah mata oleh manusia. Kau memang sangat dan teramat bebas mengekspresikan kemarahan dan kata- kata jahatmu kepada suamimu, saat kau marah. Namun yakinlah bahwa kau tak akan pernah bebas dari efek samping yang akan kau terima di kemudian hari, atas semua yang telah kau lakukan itu.

Ketika kau marah dan protes atas sebuah keadaan, maka ingatlah bahwa keadaan yang sedang tersedia di hadapanmu itu, sesungguhnya sedang menantangmu untuk menunjukkan jati diri terbaikmu. Maka jangan kau sia- siakan kehadirannya, dengan justru menghadirkan serendah- rendahnya kualitas diri lewat lidahmu yang jahat.

Dan ketahuilah wahai wanita, lisanmu itu adalah nikmat dari Allah, namun bisa menjadi bencana terbesar bagi hidupmu jika kau telah lepas kendali. Maka kendalikanlah dia, dan jangan serahkan kekuasaan itu kepada selera dan keadaan perasaanmu saja yang setiap saat bisa berubah dan berbeda. Apakah kau tahu, banyak para suami dan mungkin termasuk suamimu, yang sebenarnya menginginkan untuk selalu berlaku mesra dan menjadikan istrinya "pos" terakhir dari petualangan hidupnya. Namun... istrinya kasar, pemarah, perendah bagi suaminya sendiri, tidak menghormati mereka.

Wahai wanita, kau adalah pemilih dari keadaan yang selanjutnya kau hadapi dan kau rasakan sendiri. Sekuat- kuatnya seorang laki- laki, maka pun akan patah juga pertahanan mereka saat telah tidak terasa lagi sebuah penghormatan dan perlakuan baik atas diri dan harga dirinya.

(Syahidah/Voa-islam.com)

Demi Allah, Tahanlah Lisan Jahatmu Atas Suamimu!

Ketika diri dihadapkan pada suatu masalah, maka tak jarang gelapnya hati dan buntunya logika menuntun kita pada sebuah sikap yang justru lebih memperunyam suasana. Tak jarang pula, entah tanpa sadar atau tidak, kita mengeluarkan kata- kata makian dan penuh dengan nada- hujatan serta merendahkan. Dan sangat disayangkan, ketika obyek alias sasaran yang kita harapkan untuk menerima kerendahan itu ternyata adalah suami kita sendiri.

Wahai wanita...

Lalu apakah yang kau peroleh setelah menghujat? Apakah yang kau peroleh setelah kalimat "margasatwa" itu telah habis- habisan kau paksaan bagi suamimu untuk mendengar? Legakah batinmu atas keadaan itu?

Masyaallah, lihatlah ternyata kau sama sekali tidak terlihat lebih indah. Demi Allah, memanglah sangat sakit mungkin, sakit yang kau rasakan saat kau penuh amarah. Namun semua kata- kata kotor yang kau lontarkan itu, ternyata tidak akan pernah sama sekali memuliakanmu di hadapan Allah, dan atau memberi celah untukmu mendapatkan jalan keluar atas masalahmu itu.

Maka bersabarlah....

Bersabar itu bukan berarti kau tak boleh sama sekali marah. Bersabar itu berarti kau tetaplah boleh marah, tetapi tidak menggunakan rasa marah yang kau rasakan itu, untuk merendahkan diri suamimu dan melukai hati beliau, sehingga beliau terasa sangat terendahkan dan sedih, sedang dirimu sendiri telah berhasil mengikhlaskan diri untuk tidak menjadi mulia.

Maka ingatlah para wanita, suamimu adalah tetap dan akan selamanya menjadi ladang ibadah bagimu untuk meraih surga. Beliau adalah penyelamat kehormatanmu, penjaga batinmu, dan karenanya kau juga tak mendapat julukan perawan tua ataupun janda yang dipandang sebelah mata oleh manusia. Kau memang sangat dan teramat bebas mengekspresikan kemarahan dan kata- kata jahatmu kepada suamimu, saat kau marah. Namun yakinlah bahwa kau tak akan pernah bebas dari efek samping yang akan kau terima di kemudian hari, atas semua yang telah kau lakukan itu.

Ketika kau marah dan protes atas sebuah keadaan, maka ingatlah bahwa keadaan yang sedang tersedia di hadapanmu itu, sesungguhnya sedang menantangmu untuk menunjukkan jati diri terbaikmu. Maka jangan kau sia- siakan kehadirannya, dengan justru menghadirkan serendah- rendahnya kualitas diri lewat lidahmu yang jahat.

Dan ketahuilah wahai wanita, lisanmu itu adalah nikmat dari Allah, namun bisa menjadi bencana terbesar bagi hidupmu jika kau telah lepas kendali. Maka kendalikanlah dia, dan jangan serahkan kekuasaan itu kepada selera dan keadaan perasaanmu saja yang setiap saat bisa berubah dan berbeda. Apakah kau tahu, banyak para suami dan mungkin termasuk suamimu, yang sebenarnya menginginkan untuk selalu berlaku mesra dan menjadikan istrinya "pos" terakhir dari petualangan hidupnya. Namun... istrinya kasar, pemarah, perendah bagi suaminya sendiri, tidak menghormati mereka.

Wahai wanita, kau adalah pemilih dari keadaan yang selanjutnya kau hadapi dan kau rasakan sendiri. Sekuat- kuatnya seorang laki- laki, maka pun akan patah juga pertahanan mereka saat telah tidak terasa lagi sebuah penghormatan dan perlakuan baik atas diri dan harga dirinya.

(Syahidah/Voa-islam.com)

Utk Suami/IStri Yang Cuek

ada sepasang suami istri yang hidupnya bahagia dan harmonis
suaminya bekerja kantoran hingga larut malam
sedangkan istrinya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik
mereka saling menyayangi
meskipun jarang bertemu namun mereka selalu berkomunikasi walaupun hanya sekedar telpon atau sms saja .
pada suatu hari sang istri memberikan tantangan kepada suaminya .

"suamiku aku ingin besok pagi sampai esok pagi kembali kita tidak berkomunikasi sama sekali seharian"

"kenapa begitu?"

"sudahlah suamiku ,bila kamu bisa menyelesaikan tantanganku ini aku berjanji aku akan mencintaimu selamanya"

"baiklah kalau begitu aku terima tantanganmu"

keesokan harinya sang suami pun berangkat bekerja sambil memegang janjinya untuk tidak berkomunikasi sama sekali dengan istrinya ,
seharian dia lalui seperti biasa ,bekerja seperti biasa tanpa menghubungi istrinya sama sekali ,
diapun tidur di hotel untuk melaksanakan janjinya tersebut
bahkan sebelum tidurpun dia tidak menelepon istrinya untuk sekedar mengucapkan selamat tidur .

keesokan paginya sang suami terbangun ,
ia segera mandi karena tidak sabar ingin bertemu dengan istri yang dikasihinya ,
ia pun segera check out dari hotel menuju ke rumahnya .
setelah sampai di rumah dia memanggil-manggil istrinya
namun panggilanya tidak kunjung dijawab oleh istri tercintanya itu
.sang suami pun masuk ke kamar
dan terlihat sang istri sudah tergeletak tak bernyawa di atas ranjangnya sambil mengenggam selembar kertas .dibacanya kertas tersebut yang berisikan

" selamat sayang kamu berhasil ,aku sangat mencintaimu .mulai sekarang maukah kamu melakukan itu setiap hari? "

sang suami langsung menangis sejadi - jadinya ,
ternyata selama ini sang istri mempunyai penyakit kanker yang sangat parah
dan dokter sudah memprediksikan hidupnya hanya tinggal 24jam saja
,namun sang istri merahasiakannya ,ia tidak mau membuat sedih suaminya melihat detik-detik kepergianya .



maka dari itu agan sekalian perhatikanlah orang-orang yang agan sayangi jangan sampai kehilangan komunikasi dengan orang-orang yg agan sayangi karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan orang-orang yg kita sayangi ,bisa saja kemarin , hari ini ,atau tadi pagi ia mengucapkan "hai" atau "selamat pagi" namun kita tidak tahu apa yg terjadi dengan mereka nanti malam atau esok hari

always keep contact with someone your lovely



maaf agan semua kalau

tidak menolak kalo dikasih

jangan dikasih

mohon juga nya gan

kaskuser yang baik selalu meninggalkan komen

Hal Yang Perlu Diketahui Suami2 Cuek

Banyak istri yang mengeluhkan karakter cuek dari laki laki yang menjadi suaminya. mulai dari cuek dalam masalah masalah kecil seperti penampilan, sampai pada masalah besar yaitu perhatian dan tanggung jawab. Padahal sebagai istri, keinginan yang di harapkan dari suami rata rata sederhana dan sama yaitu sebagai berikut,

1. Peduli pada penampilan dan kebersihan dirinya
Memang kebanyakan suami menghabiskan waktu untuk mencari nafkah. Sebagian besar dari mereka biasanya bekerja diluaran. Hal ini mungkin yang membuat para suami cenderung kurang fokus pada penampilan mereka, terutama saat bersama istri. Banyak dari suami yang cenderung bersikap "pasrah" memakai pakaian apapun yang dibelikan oleh istri, sampai sampai muncul pertanyaan, "kapan terakhir kali anda pergi berbelanja sendiri untuk membeli baju yang bagus?" Seperti halnya para suami yang ingin istrinya tampil cantik untuknya maka para istri pun sama yaitu ingin suaminya tampil tampan untuk mereka. Bukankah Nabi Muhammad SAW juga selalu menggunakan siwak jika pulang ke rumah dan beliau menyukai wangi-wangian.

2. Memanggil istri dengan panggilan kesayangan.
Istri sebagai wanita sangat menyukai bila mendapat perhatian dari suami. Salah satu cara real yang bisa dilakukan suami adalah menggunakan panggilan kesayangan untuk istri yang tentu saja harus dia sukai dan jangan menggunakan nama panggilan yang bisa melukai perasaan. Nabi Muhammad SAW juga memberi nama kesayangan untuk istri-istrinya

3. Tidak menunda untuk memberikan perhatian.
Sesuatu itu akan sangat berharga saat kita kehilangan. Maka diharapkan jangan sampai para suami cuek, dan membiarkan istrinya seharian penuh dan hanya memberi perhatian ketika istrinya meminta atau bahkan saat istri sudah menangis.

4. Bersabar menanggapi kekurangan istri.
Seperti itulah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau melihat sesuatu yang tidak cocok pada istri-istrinya, beliau akan menanggapinya dengan tersenyum dan bersabar dan mencoba untuk diam dan tidak mengeluarkan komentar.

5. Tersenyum dengan tulus untuk istri.
Senyum adalah yang sangat sederhana namun membawa pengaruh besar dalam kebahagiaan rumah tangga. Maka tidak ada salahnya jika suami merajinkan diri untuk tersenyum di depan istri dengan senyuman kasih sayang yang tulus.

6. Berterima kasih atas kebaikan yang telah dilakukan istri.
Memang sangat mudah dilakukan, tapi hal ini sering kali terlupakan. Mengucapkan kata " terimakasih" berarti secara tidak langsung seorang suami merasa sangat menghargai dan istri akan merasa sangat dihargai atas semua hal yang telah dilakukannya.

7. Menanyakan hal hal yang menyenangkan istri
Menyenangkan istri? kenapa tidak. Wanita suka sekali dimanjakan, dan dari pada suami menebak sendiri apa yang bisa menyenangkan istri, lebih baik tanyakan langsung kepadanya, sebagi bukti keperdulian dan kasih sayang dan perhatian.

8. Peduli pada apa yang diharapkan istri.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan ketika Safiyyah RA menangis karena beliau menempatkan dia di onta yang lambat jalannya. Lalu beliau sapu air matanya, menghibur dia dan membawakan onta untuknya.Beliau selalu membuat istri istrinya nyaman. Seorang istri sangat menGharapkan suami yang bersemangat ketika istri mereka meminta sesuatu.

9. Bercanda dan bermain dengan istri
Nabi Muhammad SAW pernah melakukan balap lari dengan Siti Aisyah RA di gurun. mungkin ada kalanya suami harus bertanya pada diri sendiri, kapan terakhir kali bercanda dan bermain dengan istri kita seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

10. “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”

Begitulah nasehat yang diberikan Nabi Muhammad SAW. Istri menginginginkan suami yang lembut saat bersama, tak perduli seberapa kuatnya suami diluaran. Dan untuk para suami, Cobalah selalu menjadi yang terbaik.


Sumber:http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2010/11/19/11916/hal-yang-perlu-diketahui-oleh-para-suami-cuek/
.

PERNIKAHAN, MASIHKAH AKAN INDAH?

PERNIKAHAN, MASIHKAH AKAN INDAH?

Pernikahan, masihkah akan indah?

Kini, hatimu mungkin merasa miris melihat sejumlah rumahtangga selebritis Indonesia berakhir dengan perceraian. Padahal tak sedikit dari mereka yang selalu terlihat mesra di depan publik. Sebut saja seperti pasangan Ray Sahetapi-Dewi Yull. Atau yang juga kini juga digosipkan akan bercerai, pasangan Jamal Mirdad dan Lidya Kandow.

Yang tak terekspos, tentu saja tak sedikit jumlahnya. Namun yang jadi pertanyaan seperti apa memangnya pernikahan tersebut? Sebenarnya pernikahan adalah kehidupan baru yang harus difahami agar berjalan indah sesuai harapan. Tentu saja ada banyak hal yang harus dilakukan agar bisa mewujudkan hal tersebut.

Salah satu pertanyaannya yakni, sudah yakinkah hatimu dengan pilihanmu dan memutuskan untuk menikah? Yang perlu diyakinkan adalah dia adalah sosok orang yang sempurna di matamu. Tak perlu penilaian orang lain. Bisa saja setiap orang mengaguminya. Tapi pastikan dirimu merasa yakin karena kamulah yang menikah dengannya bukan mereka!

Pernikahan yang kaulakukan jangan pernah lantaran melihat alasan orang lain. Misalnya saja orang lain yang seusiamu atau orang-orang terdekatmu sudah menikah semua sementara kamu masih belum. Jadi untuk apa hanya sekadar mengikuti jika kamu sendiri masih belum tahu dan mampu? Yang diperlukan di sini adalah kesiapan dan keseriusanmu sendiri.

Jangan pernah berpikir lantaran sudah dekat dengan keluarganya dan orangtuamu sayang padanya, maka kamu harus segera menikahinya. Camkan, kamu sendiri yang akan menikah dengannya, bukan orangtuamu.

Ingat, pernikahan berarti berbagi hidup bersama hingga akhir hayat nanti. Jadi banyak hal yang harus disiapkan. Hidup juga nantinya tak untuk sendiri saja akan tetapi semuanya ditujukan untuk kebahagiaan berdua dan juga anak-anak nantinya. Egois dalam hal ini juga harus dibuang jauh-jauh.

Pastikan juga kamu mencintainya apa adanya. Pada hubungan yang pernah terjalin sebelumnya, kamu selalu merasa terganggu dengan kekurangan yang ada, tapi hal tersebut tak terjadi saat bersamanya. Bahkan kamu menjadi lebih gembira dengan keberadaan dan segala kekurangannya.

Kamu juga harus tahu apa yang dibutuhkannya. Jika benar-benar memperhatikannya, kamu pasti tahu apa yang dibutuhkan dan diingininya. Segalanya pasti sesuai dengan selera kalian berdua dan mencerminkan adanya komitmen yang terjaga.

Bagi kamu yang sudah siap untuk menikah, perencanaan adalah perlu. Ini akan membuatmu membayangkan sebuah kesempurnaan, tapi juga mungkin saja membuat kamu membayangkan kegagalan. Tak perlu takut, jalani segalanya dengan penuh rasa percaya diri dan usahakan secara maksimal. Sadari dia adalah bagian dalam hidupmu.

Biasanya perceraian yang terjadi di awal tahun lantaran keinginan untuk bebas dan merasa dirinya lebih dari pasangannya. Untuk lolos dari hal ini, buang pikiran tersebut jauh-jauh dan bayangkan sebuah pernikahan indah yang akan Anda jelang sampai akhir hayat, persis seperti syair lagu lawas, "A Story Book Children". Ingat berjuta-juta buku anak-anak selalu ditutup dengan kalimat klasik, ...and they live happily ever after..

Suami Enggan Memenuhi Kebutuhan Keluarga Karena Istri Bekerja

Assalamualaikum,

Bu ustadz, saya ibu dari 2 orang anak, sekarang sedang hamil anak ketiga. Saya dan suami bekerja, alhamdulilah kehidupan kami cukup. Tapi ada yang mengganjal di hati saya, suami saya tiap bulan hanya memberikan saya sebagian gajinya saja, padahal yang dia berikan itu tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga dan sekolah anak2. Kalau saya coba konsultasikan dengan suami suami selalu bilang karena ada penghasilan saya untuk memenuhi kekurangannya, pertama2 saya terima itu karena memang penghasilan suami cuma mampu ngasih segitu karena dia juga harus membayar cicilan ke bank. Tapi pada saat ini setelah suami saya cukup penghasilannya karena naik jabatan dikantornya suami masih tetep memberikan nafkah segitu dengan alasan gajinya emang sama saja walaupun naik jabatan, dan setelah cicilan ke bank ga ada pun dia enggan memberikan jatah cicilan ke bank kepada saya, padahal kalo saya liat rekening tabungannya (karena saya bisa akses internet bankingnya) tabungannya cukup besar, berarti gajinya masih sisa.Memang kebutuhan keluarga masih tetap tercukupi tapi sebagian ngambil penghasilan saya dan apabila ada kebutuhan mendadak misalnya ke dokter, membeli baju anak tetap harus dari tabungan saya. Lama kelamaan saya jengkel kenapa koq jadi saya yang harus kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang harusnya merupakan tanggung jawab suami, suami enak2an makan ditempat2 yg enak, beli baju, membelanjakan uangnya untuk hobinya, sedangkan saya penghasilah saya harus saya atur sedemikin rupa untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan tabungan untuk masa depan anak2, sehingga saya tidak bisa memenuhi keinginan saya untuk beli baju misalnya, karena klo ingin beli baju saya harus ngambil dari jatah tabungan. Apa yang harus saya lakukan kalo saya komplen klo uang yg dia berikan ga cukup pasti jawabannya kan ada gaji kamu, jangan ditabungin aja klo mau beli baju. Terus terang lama2 saya jengkel, koq jd saya yg harus memikirkan masa depan anak2 sedangka dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Apa yang harus saya lakukan Bu? terus terang saya bingung harus berbuat apa.

Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

rere

Jawaban
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu


Ibu Rere yang semoga dicintai Allah swt.,

Banyak wanita luar biasa di dunia ini, berperan ganda bahkan multi peran, sukses sebagai istri yang dikagumi wanita lain dan menginspirasi mereka, bahkan diam-diam suaminyapun mengaguminya karena kelebihannya. Ibu Rere mempunyai kelebihan itu, punya dua anak, kini sedang hamil dan punya pekerjaan dengan gaji cukup.

Satu sisi ini karunia yang tak semua wanita mendapatkannya. Banyak wanita yang mendambakan anak namun tak kunjung mendapatkannya, banyak wanita yang ingin membantu kebutuhan rumah tangga karena penghasilan suami yang pas-pasan namun mencari pekerjaan tak gampang. Ibu diberi kemudahan itu semua, alhamdulillah....lantunkan kalimat syukur ini pada sang Maha Pemberi Rizki...semoga ditambahkan ni’matnya yang lain.

Ibu Rere yang shalihat,

Apa yang sudah Ibu lakukan pada keluarga tak akan hilang tanpa arti, semua akan menjadi tabungan Ibu di akhirat jika Ibu ikhlas dan meniatkan semua itu untuk ibadah pada Allah swt. Apakah ibu masih sangsi? Ibu yakin adanya jaza’ atau balasan berupa pahala yang akan menjadi tabungan dalam yaumil hisab nanti, kan? Memang Ibu, sepertinya ini tidak adil karena beban nafkah ini bukan tanggungjawab anda sebagai istri. Sikap suami adalah masalah lain yang harus diatasi mungkin tidak dalam waktu pendek.

Dalam jangka pendek, jika muncul perasaan yang tidak nyaman dan mengganggu Ibu, nah..ini mungkin stres sudah Anda rasakan. Mengelola stres harus dilakukan dengan cara-cara yang positif. Diskusi dengan suami, komunikasi dua arah yang mana masing-masing harus mau mendengar dan berhak didengar pendapatnya, kemudian manajemen emosi. Ibu, tumpahkan seluruh kesal dan amarah dengan hal yang positif, menangis kadang menyembuhkan dan melegakan meskipun harus diikuti dengan sikap lapang dada.

Ibu Rere yang shalihat,

Suami sebaiknya menyadari sikapnya yang salah karena tidak ma’ruf dalam masalah keuangan. Tanggungjawab suami adalah mempergauli istri dengan ma’ruf, termasuk dalam masalah sandang, pangan dan kebutuhan lain. Memang wajar jika suami juga punya kebutuhan sendiri. Namun yang tidak wajar dan tidak ahsan jika suami beli baju, makan enak di luar tanpa mengingat anak dan istri di rumah. Mungkin forum keterbukaan antar suami-istri harus dilakukan, termasuk dalam mengatur keuangan bersama, perancangan tabungan pendidikan anak, cicilan, dll.

Nah, Ibu…tingkatkan pemahaman keluarga anda pada islam, ajak suami mengikuti kajian islam untuk meningkatkan pemahaman agama. Semoga secara bertahap suami akan tercerahkan untuk menjadi suami yang sholih dan ma’ruf dalam menafkahi keluarganya. Teriring salam dan do’a untuk Ibu tetap shalihat, ya bu. Amin…



Wallahu a’lam bisshawab,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu


Bu Urba