Rabu, 11 April 2012

Peringkat Istri Yang Meminta Haknya Dari Suami

1.Isteri yang tidak akan meminta apa-apa dan suaminya sekalipun yang perlu (dharuri). Apa yang disediakan oleh suaminya, diterima dengan penuh malu dan bersyukur. Kalau ada, adalah. Kalau tidak ada, dia bersabar, tetapi tidak meminta. Apalagi yang tidak perlu, kalau diberi pun dia tolak bahkan adakalanya yang perlu pun dia tolak dengan baik. Dia lebih suka menolong suaminya. Inilah isteri yang bersitat Siddiqin. Golongan ini susah hendak dicari terutama di akhir zaman ini, seperti mencari belerang merah, atau mencari gagak putih. Ini adalah perempuan yang luar biasa.

2.Isteri yang tidak meminta dan suaminya kecuali yang perlu (dharuri) sahaja. Yang tidak perlu dia tidak akan meminta bahkan kalau suaminya memberi yang tidak perlu dia tolak dengan baik. Tetapi kalau yang diperlukan pun tidak ada, dia tetap sabar. Namun dia tidak akan mendesak suaminya. Dia tetap bersabar dengan keadaan itu. Inilah isteri yang bersifat Muqarrobin. Golongan ini juga sukar untuk dicari di zaman kebendaan ini, zaman manusia memburu dunia, di zaman orang memandang dunia adalah segala-galanya.

3.Isteri yang meminta kepada suaminya yang perlu (dharun) dan juga sekali-sekali meminta juga yang tidak perlu seperti ingin sedikit kehidupan yang selesa baik di dalam segi makan minum, tempat tinggal, kendaraan. Namun kalau suaminya tidak memberi, dia tetap sabar dan tidak pula menjadi masalah. Inilah isteri yang Solehah lebih mudah dicapai tetapi tetap memerlukan pengorbanan perasaan yang tinggi dan hati yang lebih mencintai Tuhan dan Akhirat daripada hidup di dunia yang sementara ini.

4.Isteri yang selalu saja meminta-minta, bukan saja yang perlu (dharuri), yang tidak perlu pun dia suka meminta-minta. Kalau diberi pun tidak pemah puas tidak pernah merasa cukup. Sudah mewah pun masih merasa tidak cukup. Kalau tidak diberi, akan menjadi masalah dan dia akan cemberut, marah-marah, sakit hati, merajuk hingga menjadi masalah dalam rumah tangga. Inilah isteri yang fasik. Isteri seperti ini selalu saja durhaka dengan suami, apalagi dengan Tuhan. Sikap tindakannya, percakapannya selalu saja menyusahkan suaminya. Akhirnya krisis rumah tangga tidak pernah berhenti, senantiasa bergolak. Lama kelamaan bercerai suami isteri. Kalau pun tidak bercerai, hanya karena hendak menjaga muka atau tidak ingin anak jadi kucar-kacir, tetapi apalah arti rumah tangga yang seperti ini. Ia ibarat neraka dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar