Minggu, 18 Maret 2012

Surat Untuk Suamiku...

Suamiku, lebih 15 tahun sudah berlalu. Masih teringat jelas di dalam memori saat-saat indah dimana kau berkata ingin mengisi relung hatiku. Detik-detik suka duka yang dijalani dalam kesederhanaan menjadi kenangan nyata yang tidak akan terlupakan. Aku yang hanya seorang wanita sedehana dan tidak menarik tidak menyangka akan kau libatkan dalam kehidupanmu. Tak pernah terfikir saat itu aku akan punya seorang pacar dengan segala keterbatasanku.

Hingga dalam waktu yang tak lama, 3 tahun kemudian kau meminangku dan masih terekam lengkap diotakku detik-detik bahagia itu. Detik di mana malaikatpun ikut mendoakan kita. Detik di mana gerbang kebahagiaan akan kita lewati dengan ikatan perjanjian yang kuat. Mahligai akan kita bangun dengan kekuatan cinta. Mahligai yang meski sederhana, namun kokoh dan meneduhkan. Setiap hari bersama yang dijalani bersamamu terasa damai... hingga dua jagoan melengkapi keluarga kita... Aku bagaikan seorang putri yang dikelilingi dan dijaga dengan penuh kasih sayang dan perhatian oleh pangeran dan para ksatriaku.

Suamiku, tahukah kenapa aku sangat menyayangimu?
Dimulai di hari ketika kau menikahiku Allah sungguh telah menunjukkan kuasa terbesarNya kepadaku.
Semua terasa indah, hidup terasa lengkap, ibadah pun menjadi terasa semakin nikmat.
Masih terbayang saat-saat kita menunaikan ibadah cuci di Mekkah, walaupun kadang sifat egois ku muncul namun kau tetap sabar menuntunku dengan segala kesabaranmu.

Dimataku, kita lah pasangan romantis
Seumur pernikahan kita, sesekali kau kirimkan aku bunga. Hal yang tak pernah ku sangka kau akan melakukannya karena aku sering bercerita aku ingin dikirim bunga seperti temen kantorku. Walau awalnya kausambut itu dengan canda "bahwa kau lebih suka mengirimku bunga tabungan". Konyol sekali kata-katamu tapi aku menyukainya...

Hal yang paling kusuka adalah dulu ketika bersamamu aku bisa menjadi diriku sendiri
Bebas bercerita tentang apa saja, walau sering kau bilang aku cerewet sekali hingga kau pusing. Bebas mencurahkan pikiran dan rasa dengan cara apa saja
Bebas mengeluarkan kebiasaan-kebiasaan konyol dan kau masih tetap cinta
Tak pernah sedetikpun aku merasa harus bersusah payah atau menjadi orang lain untuk kaucinta.

Sayang, aku ingin selalu menjadi bidadari untukmu. Tidak hanya di dunia sekarang, tapi juga sampai ke surga Allah kelak. Maka, tak akan mudah seperti yang ku bayangkan untuk mencapainya. Aku juga perlu bantuan dan dukunganmu, wahai suamiku. Ingatkanlah dengan tegas setiap kesalahanku namun dengan kelembutanmu. Karena isterimu ini hanyalah tulang rusuk mu yang bengkok. Jangan kau paksakan meluruskannya, karena ia akan patah. Tapi jangan juga kau biarkan karena ia akan selamanya bengkok. Bimbinglah isterimu ini untuk meraih ridho dari mu dan terutama ridho dari Allah.

Ketahuilah suamiku, aku hanyalah manusia biasa yang jauh dari sempurna. Begitu juga dengan dirimu. Aku hanya wanita yang bisa rapuh. Begitu juga engkau hanya lelaki biasa yang bisa menjadi khilaf. Kita hanya pribadi yang mempunyai ego masing-masing. Kita bisa mengajukan semua logika untuk merancang masa depan surga kita. Namun, kita tidak berdaya dengan kuasa-Nya. Hanya kekuatan doa lah yang bisa membantu kita. Hanya kesederhanaan pemikiran kita tentang sabar dan syukur yang bisa menyelamatkan kita.

Dan sekarang badai besar datang menerjang kapal kita, walaupun ribuan kali ombak besar menerjang sebelumnya kita masih bisa bertahan. Namun akankah kapal ini akan terus bisa bertahan menghadapi badai besar ini? Saat ini aku mulai bimbang, ragu dan takut. Saat ini aku membutuhkanmu untuk kembali meluruskan arah dan kembangkan layar, aku kan membantumu dengan kompas penunjuk arah yang benar hingga kita sampai ke pulau impian itu. Kita bersama harus kembali saling menambah menguatkanlah desain kapal kita agar anak-anak kita nantinya tetap aman di dalamnya meski kita menghadapi goncangan. Dan aku perlu lenganmu karena kutemukan tempat bersandar yang paling kusuka, dan hatimu karena kutemukan kehangatan cinta yang paling nyata. Aku perlu dirimu seutuhnya...

Tak banyak lagi kata-kata yang bisa kutuangkan dalam surat ini, suamiku. Karena kata takkan cukup menceritakan tiap hal yang akan kita temui. Hanya sebait puisi kesayanganmu yang bisa kuselipkan di akhir surat ini.”Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” (Sapardi Djoko Damono)

Sekian surat dari ku untukmu suamiku. Kutitipkan doa di dalam surat ini, dan akan kirim dengan penuh cinta kasih sayang hanya untukmu.

Dari wanita tak sempurna yang sedang belajar menjadi perhiasan dunia untukmu, sebagai isteri sholeha.

Umi Lita
19 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar